Jumat, 06 Mei 2016

2 perkara yang apabila kalian tidak melakukannya, kalian akan beruntung

✒ Renungan Pagi.

Imam Ibnul Qoyyim Al-jauziyyah -Rahimahullah- berkata :
2 perkara yang apabila kalian tidak melakukannya, kalian akan beruntung. Yaitu :

1. Berkata Batil .
( perkataan tanpa ilmu,berkata yang tidak benar, dusta, sia-sia, dan seluruh perkataan yang tidak diperbolehkan oleh Allah dan rasulNya - pent )

2. Diam dari kebenaran.
Ketika seseorang waktunya berbicara tentang kebenaran terutama disaat kebatilan ada dimana-mana, yang dia perbuat hanya diam.

Ada suatu pepatah :
{ Orang yang berbicara batil merupakan Syaiton yang berbicara.
Sedangkan orang yang diam dari kebenaran, merupakan Syaiton yang bisu. }

Semoga bermanfaat !!!

�� Rujukan :
Ad-Dau wa Ad-Dawa'u.
Cetakan Dar Ibnul Jauzi - KSA.
Karya : Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah -Rahimahullah-.
( Hal 146 )

Penukil dan penterjemah :
Mush'ab Ibrahim Al-Atsariy.

"Dari Madinah ke Radio Rodja"

oleh Ustadz Firanda

Tatkala syaikh datang ke Radio Rodja untuk yang ketiga kalinya, beliau bersafar bersama putra beliau yang bernama Yahya. Sebelum bersafar ke Indonesia beliau berkata kepadaku, “Firanda, untuk safar kali ini saya punya dua persyaratan yang harus dipenuhi. Jika dua persyaratan ini tidak dipenuhi maka saya tidak akan jadi bersafar. Dan saya serius dalam perkataan saya ini!”

Aku berkata, “Apa persyaratan tersebut syaikh?”

Beliau berkata, “Pertama, tiket pesawat saya harus ekonomi, dan saya tidak mau tiket kelas eksekutif!”

Tentunya panitia sangat berharap agar Syaikh bisa naik pesawat dengan kelas eksekutif mengingat syaikh akan bersafar dengan putranya Yahya yang masih berumur kurang dari sepuluh tahun. Setelah itu
jadwal Syaikh yang begitu padatnya, karena setiba di Jakarta maka ba’da maghrib syaikh langsung akan mengisi pengajian di salah satu masjid di Jakarta. Akan tetapi apa boleh buat, ternyata syaikh justru tidak mau naik pesawat berkelas eksekutif, bahkan menjadikan tiket ekonomi sebagai persyaratan safar beliau.

Akhirnya dengan berat hati aku berkata, “Baik Syaikh, akan tetapi aku harap untuk peswat domestik Indonesia dari Jakarta Ke Jogja, ke Pekanbaru, dan balik ke Jakarta menggunakan tiket kelas bisnis/eksekutif, mengingat pesawat Indonesia sempit-sempit...”

Syaik berkata, “Tetap harus kelas ekonomi, meskipun pesawat domestik Indonesia...”

Aku menimpali, “Tapi kursinya sempit ya Syaikh...!”

Beliau berkata, “Tidak mengapa sempit, paling kita harus bersabar hanya dua hingga tiga jam saja, toh kita bersafar bukan untuk bersenang-senang, akan tetapi untuk dakwah.”

Beliau berkata lagi, “Adapun persyaratan yang kedua adalah aku tidak mau jika hotel yang disediakan adalah hotel yang mewah..., yang aku inginkan adalah hotel yang sederhana akan tetapi bersih...”

Aku berkata, “Syaikh mengenai hotel jangan khawatir, hotel yang ada di Jakarta adalah milik salah seorang teman, sehingga gratis...”

Aku pun segera menghubungi panitia Jogja agar menyiapkan hotel yang sederhana sebagaimana hotel yang pernah aku tempati, karena ini merupakan persyaratan dari Syaikh. Dan aku juga mewanti-wanti seluruh panitia baik panitia Jogja, Jakarta, maupun Pekanbaru agar membelikan tiket pesawat ekonomi untuk syaikh.

Sungguh aku terperanjat mendengar dua persyaratan dari syaikh Abdurrazzaq yang merupakan Syaikh kaliber dunia yang ternyata menunjukkan begitu tawadhu’nya beliau. Ini tentunya merupakan pukulan telak bagi da’i-da’i nasional yang terkadang terlalu ribet jika diundang untuk mengisi pengajian. Persyaratan setumpuk dipasang, terkadang dengan kurang memperhatikan kondisi panitia pengajian yang mungkin serba kekurangan, sementara masyarakat begitu rindu untuk mendengar untaian nasehat da’i-da’i nasional tersebut.

Terkadang sebagian da’i tersebut berdalih dengan perkataan, “Pemilik ilmu harus dihormati dan dihargai!”

Slogan ini memang sangat benar akan tetapi apakah sang da’i yang langsung menyampaikan slogan ini? Tidakkah sang da’i belajar untuk rendah hati dan tawadhu’?

Saya rasa para ikhwan/panitia jika mereka memiliki kelebihan harta maka mereka tidak akan tanggung-tanggung dalam melayani sang da’i. Akan tetapi bagaimanapun juga sang da’i hendaknya tidak membiasakan untuk dilayani dengan pelayanan berlebihan apalagi meminta untuk dilayani secara berlebihan. Akhirnya jika sang da’i terbiasa dengan pelayanan yang sempurna/perfect, sehingga ketika dilayani kurang maka iapun akan merasa kurang atau tidak dihargai.

Akhirnya ikhwan-ikhwan yang miskin yangt ada di pelosok-pelosok daerah nusantara akhirnya keder dan minder jika ingin mengundang da’i tersebut.

Lihatlah bagaimana tawadhu’nya syaikh, ia harus bersafar jauh meninggalkan Madinah. Padahal manusia dari segala penjuru dunia berdatangan ke kota Madinah untuk menimba ilmu dari beliau....akan tetapi beliau tetap mau bersafar jauh ke berbagai penjuru dunia dalam rangka untuk berdakwah .

Amalan dan Doa pada Hari Jum'at

1. Tidak boleh mengkhususkan malam Jum’at dari malam-malam yang lain dengan ibadah yang tertentu. Tidak boleh juga mengkhususkan hari Jum'at dengan puasa yang tertentu, terkecuali pada waktu yang biasa seseorang puasa (yang bertepatan dengan hari Jum'at). [352]

2. Tidak boleh mengkhususkan bacaan dzikir dan doa tertentu, juga membaca surah-surah tertentu baik pada malam maupun hari Jum'at [353] secara umum, kecuali yang memang disyari’atkan.

3. Amal-amal yang disyariatkan dan disunnahkan pada hari Jum'at, adalah:

a) Memperbanyak bacaan shalawat kepada Nabi صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ . [354]

b) Membaca surah Al-Kahfi.

Dari Abu Sa'id al-Khudri RadhiAllâhu 'Anhu ia berkata, bahwa Nabi Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam bersabda:

٢٢٠ - مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ ٠


“Barang siapa membaca surah Al-Kahfi pada hari Jum'at akan diberikan cahaya baginya di antara dua Jum'at." [355]

c. Memperbanyak doa.

Nabi Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Pada hari Jum'at ada satu waktu yang bila seorang Muslim shalat dan minta kepada Allah, maka akan dikabulkan." Lalu beliau mengisyaratkan bahwa waktunya sedikit." [356]

Dalam riwayat lain diterangkan: "Waktu (terkabulnya doa itu) antara duduk imam hingga selesai shalat." [357]

Dalam riwayat lainnya dari Jabir RadhiAllâhu 'Anhu, bahwa Rasulullah Shallallâhu' Alaihi wa Sallam bersabda: "Carilah (waktu dikabulkannya doa) di akhir waktu sesudah Ashar pada hari Jum'at." [358]

d) Shalat Jum'at berjamaah.

Amal paling utama dan wajib pada hari ini adalah shalat Jum'at berjamaah, bersama kaum Muslimin, dan Nabi Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam memerintahkan mandi sebelumnya.

Adapun berbagai keutaman serta kewajiban pada hari Jum'at bisa dilihat pada kitab Zâdul Ma'âd (I/364-440) karya Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah.


[352]. Shahih: HR. Muslim (no. 1144 [148]).

[353]. Misalnya membaca surah Yasin, Al-Wâqi'ah, dan Ar-Rahmân atau wirid-wirid tertentu yang tidak ada satu pun riwayat shahih tentangnya.

[354]. Hasan: HR. Abu Dawud (no. 1047), an-Nasai (III/91, 92). Disunnahkan membaca shalawat kepada Nabi pada malam dan hari Jum'at. HR. Al-Baihaqi (III/249) dari Anas RadhiAllâhu 'Anhu. Lihat Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah (no. 1407).

[355]. Shahih: HR. Al-Hakim (II/368) dan al-Baihaqi (III/249). Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Irwâ'ul Ghalîl (no. 626). Ada riwayat lain dari Abu Sa'id al-Khudri RadhiAllâhu 'Anhu, dia berkata: "Barang siapa membaca surah Al-Kahfi pada malam Jum'at . . ." HR. Ad-Darimi (II/454), sanadnya mauquf shahih. Lihat Ahâdîtsul Jumu'ah karya Syaikh Abdul Quddus.

Imam asy-Syafi'i menyatakan: "Aku menyukai surah Al-Kahfi untuk dibaca pada malam Jum'at." Lihat Shahîh al-Adzkâr (I/449). Dengan demikian, disunnahkan bagi kita membaca surah Al-Kahfi pada malam dan hari Jum'at.

[356]. Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 935). Dari Abu Hurairah RadhiAllâhu 'Anhu.

[357]. Shahih: HR. Muslim (no. 853). Dari Abdullah bin Umar RadhiAllâhu 'Anhuma.

[358]. Shahih: HR. Abu Dawud (no. 1048), an-Nasai (III/99-100).


✒ Al-Ustâdz Abu Fat-hi, Yazid bin Abdul Qadir Jawas Hafizhahullâh
�� Kumpulan Do'a dari Al-Qur-an dan As-Sunnah yang Shahih, Bab Doa Terkait Adab dalam Islam - Amalan dan Doa pada Hari Jum'at, Halaman 296-298, Pustaka Imam Syafi'i, Cetakan XI: Dzulqa'dah 1436 H/September 2015 M

***Pesan Untuk Para Guru***

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Tidak semua guru mempunyai murid seperti Ar rajhi tetapi keikhlasan anda,hadiah anda yang anda sisipkan dari gaji anda yang kecil yang berbekas kebaikan bagi anak didik anda tidak a'lam Allah Ta'ala sia-siakan. Teruslah mengajar dengan ikhkas kadang kala keikhlasan anda akan dibalas di dunia dan di akhirat kadang Allah Ta'alaa ingin memberi kejutan nanti di jannahNya dengan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Al jaza min jinsil amal...balasan kebaikan akan dibalas dengan yang lebih baik lagi...untuk rekan guru dan para ustadz teruslah berbuat baik untuk anak-anak generasi Islam semoga mereka menjadi anak-anak shalih dan shalihah yang bermanfaat untuk dirinya keluarganya agama dan negaranya..aamiin

Wallahu a'lam
===
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ

Akhukum fillah

Abdurrahim Ayyub

***Al-Rajhi, milyarder Saudi Berkisah***

Dahulu, hidup saya sangat susah alias faqir, sampai-sampai saya tidak bisa ikutan rihlah atau tamasya yang dilaksanakan oleh sekolah saya yang waktu itu biaya pendaftarannya hanya 1riyal saudi saja, walaupun saya sudah menangis-nangis memohon kepada keluarga agar saya dapat ikutan rihlah, tapi tetap saja kelurga saya tidak punya uang 1 riyal untuk mendaftarkan saya ikutan rihlah.

Sehari sebelum rihlah, saya berhasil menjawab sebuah pertanyaan yang dilontarkan guru di kelas, lalu guru itupun memberi saya uang satu riyal sebagai hadiah, diiringi tepuk tangan para murid-murid yang lain.

Pada saat itu, saya tidak lagi mikir apa-apa, selain berlari kencang untuk mendaftarkan diri ikutan rihlah. Duka nestapa saya terasa terbang seketika dan berubah total
menjadi bahagia berkepanjangan selama berbulan-bulan.

Hari-hari sekolahpun berlalu, sayapun dewasa untuk melanjutkan kehidupan. Setelah melewati berbagai rintangan hidup, setelah bekerja keras selama bertahun-tahun dan berkat anugerah dari Allah sayapun sukses dan selanjutnya saya membuat yayasan sosial.

Setelah saya memulai bergerak di bidang amal sosial, saya kembali teringat kisah kecil saya, teringat kembali guru kecil saya orang Palestina itu, yang pernah memberi saya uang 1 riyal. Saya mulai mengingat-ingat, apakah beliau dahulu memberi saya uang 1 riyal itu sebagai sedakah atau kah hadiah karena saya sudah berhasil menjawab pertanyaannya. Yang jelas saya tidak mendapatkan jawaban yang pasti. Saya berkata di dalam hati, apapun motif dan niat sang guru, beliau sudah menyelesaikan problem besar saya saat itu tanpa membebankan siapa-siapa.

Oleh karenanya, saya mengunjungi kembali sekolah saya itu , lalu saya mendatangi kantor sekolah dan mencari tau keberadaan guru saya orang Palestina itu, sampai akhirnya saya mendapatkan jalan untuk menemuinya. Saya pun akhirnya merencanakan untuk menemuinya untuk mengetahui kondisinya saat saat ini.

Singkat kata, sayapun akhirnya dipertemukan Allah kembali dengan guru baik itu, dan kondisinya sangat susah, tidak lagi bekerja dan siap-siap pulang pulang kampung.

Selanjutnya, setelah saya memperkenalkan diri, saya katakan padanya bahwa saya punya hutang besar padanya pada beberapa tahun yang lalu.

Guru saya ini kaget bukan kepalang, apa benar ada orang yang punya hutang pada saya, katanya.

saya pun menjelaskan, apakah bapak masih ingat dengan murid bapak yang pernah bapak beri uang satu riyal karena murid bapak itu berhasil menjawab soal yang bapak lontarkan di kelas bapak saat itu?

Setelah berusaha mengingat-ingat, guru saya ini akhirnya tertawa, dan berkata: "ya..ya...saya ingat. Jadi kami mencari saya untuk mengembalikan uang 1 riyal itu".
"Ia pak" jawab saya. Setelah sedikit berbincang, saya bawa beliau naik mobil dan kamipun beranjak.

Selanjutnya, kami sampai ke tujuan, dan kenderaan kami berhenti tepat di depan sebuah Villa Indah. Kami keluar dari mobil dan memasuki Villa tersebut. Setelah berada di dalam
Villa, saya menyampaikan niat saya kepada guru saya ini, "Pak, villa ini saya berikan kepada bapak untuk melunasi hutang saya dahulu plus mobil yang tadi kita naiki, dan gaji per bulan seumur hidup serta pekerjaan buat putra bapak di perusahaan saya".

Guru saya ini kaget bukan kepalang, dan berujar, "tetapi ini terlalu banyak, nak?"
"percayalah pak, kegembiraan saya dengan 1 riyal yang bapak berikan pada saya saat itu lebih besar nilainya dibandingkan dengan 10 villa seperti ini, saya tidak akan dapat melupakan kebahagiaan itu sampai sekarang", jawab saya.
******
Inilah buah dari didikan agama yang baik, tebarkan bahagia, ungkai duka nestapa sesama, dan tunggulah balasan terbaik dari-Nya.

[Translate: Kivlein Muhammad]
Kutipan dari FB.

Kamis, 05 Mei 2016

PERBAIKI DIRIMU.

Imam Abu Abdillah al-Harits al-Muhasibi mengatakan:
"Sibukkanlah dengan perbaikan dirimu daripada aib orang selain dirimu, karena sesungguhnya pernah dikatan:'Cukup aib pada seorang ingin menerangkan untuknya dari orang-orang apa yang seharusnya dia sembunyikan dari dirinya, atau orang akan marah pada apa yang ia bawakan seopertinya, atau mengganggu teman duduknya, atau ia katakan tentang orang-orang apa yang tidak panting". 
Dari kitab "MAWAA'IDZ AL-IMAM AL-HARITS AL-MUHASIBI" oleh Sholih Ahmad asy-Syaami terjemah Ibrohim Sa'id.

Menepuk Pundak ketika Menjadi Makmum

Pertanyaan:
Assalamualaykum,
Ustadz,bagaimanakah hukumnya seseorang yang hendak bermakmum kepada orang lain yang sudah sholat duluan dengan cara menepuk punggung orang tsb?
Mohon dijelaskan secara terperinci ustadz. Syukron.
Dari: Dwi Ariyanto

Jawaban:
Wa alaikumus salam
Yang benar, orang yang datang dan hendak bermakmum, tidak perlu menepuk pundaknya, tapi langsung memposisikan diri di samping kanan orang yang sedang shalat sendirian itu, lurus sejajar, dan tidak geser sedikit ke belakang.

Kesimpulan ini berdasarkan hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengatakan,

بِتُّ عِنْدَ خَالَتِي مَيْمُونَةَ لَيْلَةً، فَلَمَّا كَانَ فِي بَعْضِ اللَّيْلِ قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَوَضَّأَ مِنْ شَنٍّ مُعَلَّقٍ وُضُوءًا خَفِيفًا، وَقَامَ يُصَلِّي، فَتَوَضَّأْتُ نَحْوًا مِمَّا تَوَضَّأَ، ثُمَّ جِئْتُ فَقُمْتُ عَنْ يَسَارِهِ فَحَوَّلَنِي فَجَعَلَنِي عَنْ يَمِينِهِ

Pada suatu malam, saya menginap di rumah bibiku Maimunah, di Saya shalat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu malam. Setelah larut malam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bangun dan berwudhu dari air yang terdapat dalam bejana yang menggantung, lalu beliau shalat. Akupun berwudhu seperti wudhu beliau, dan langsung menuju beliau dan aku berdiri di sebelah kiri beliau. Lalu beliau memindahkanku ke sebelah kanan beliau. (HR. Bukhari 138).

Maimunah adalah salah satu istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sekaligus bibi Ibnu Abbas dari ibunya. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan jatah malam di Maimunah, Ibnu Abbas ikut bersama mereka. Dan ketika itu, Ibnu Abbas belum baligh.

Dalam hadis di atas, Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma datang ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah mulai shalat. Dan beliau tidak menepuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun langsung berdiri di samping kiri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena posisinya yang salah, Ibnu Abbas dipindah ke posisi sebelah kanan.

Dijawab oleh Al-Ustâdz Ammi Nur Baits Hafizhahullâh
(Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)

[Sumber: https://konsultasisyariah.com/18182-makmum-masbuk-menepuk-pundak-imam.html ]

✍�� Faidah pagi

Maa sya Allah, ini mungkin pengalaman sebagian lelaki untuk memperjuangkan kesucian dirinya dan menjauhkan diri dari kejinya perbuatan "itu".

Kebahagiaan tdk diukur dngan harta..
Kebahagiaan tdk diukur dngan jabatan..

Kebahagiaan diukur dari hati yg qonaah nan beriman, menerima dan bersyukur dngan apa yg Allah berikan pada kita..

Maka siapapun anda wahai wali dan wanita, terimalah org yg mengajak engkau menuju ketaqwaan, ridho dan surgaNya..

Nabi kita bersabda :
“Apabila orang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya datang untuk melamar, nikahkan dia. Jika tidak, pasti akan terjadi fitnah di bumi ini sekaligus kerusakan.” Para sahabatnya bertanya, “Rasulullah, meskipun pada diri itu terdapat kekurangan?” Rasulullah menjawab, “Apabila orang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya datang untuk melamar, nikahkan dia,” jawab Rasulullah tiga kali. (HR. Tirmidzi).

Dunia ini sementara..
Jngan kau hamburkan waktu utk hal yg sia-sia..
Jngan kau habiskan waktu utk bermaksiat padaNya..

Jngan lupa dg tujuan kita diciptakan..
Beribadah.. beribadah.. beribadah..

Islam itu mengekang?
Iya, bagi yg iman dan tujuannya salah. Krna nabi mengatakan bahwa dunia adalah penjara bagi mukmin, dan penjara itu sangat mengekang kita. Maka jngan salah dg tujuan kita..

Utk kehidupan akhirat yg lebih kekal dan indah..

اللهم ارزقنا حسن الخاتمة وأدخلنا الجنة
مع أصحاب أعمال الصالحة

Robby..
Anugrahkan mati dalam kebaikan, dan surga bersama orang2 sholeh..
_____________________
Alfaqir ila 'afwi robbihi :
Abu Bakar Al-Akhdhory, Lc.

PECANDU HAND PHONE

Petikan khutbah Jum'at di Masjidil Haram.

Imam Masjidil Al Haram Asy-Syaikh Su’ud asy-Syuraim dalam sebuah Khutbah Jum’at beliau berkata :

"Adakah dari kita yang tidak melihat perubahan dalam kehidupannya setelah masuknya Whats App, Facebook, Instagram dan yang lainnya dalam kehidupannya ?

Bacalah !
Hal ini merupakan "Ghazwul fikri" yang menyerang akal, namun sangat disayangkan kita telah tunduk padanya dan kita telah jauh dari dien Islam yang lurus dan dari dzikir kepada Allah.

Kenapa hati kita mengeras?
Itu karena seringnya kita melihat cuplikan video yang menakutkan, dan juga kejadian2 yang di share..

Hati kita kini mempunyai kebiasaan yang tak lagi takut pada sesuatupun. Oleh karena itulah, hati kita menjadi mengeras bagai batu.

Kenapa kita terpecah belah dan kita putus tali kekerabatan ?
Karena kini silaturrahmi kita hanya via Whats App saja, seakan kita bertemu mereka setiap hari.
Padahal bukan begitu tata cara bersilaturrahim dalam agama Islam (Kita perlu datang secara phisik, mengucap salam, bersalaman, membawa oleh-oleh, saling ingat mengingatkan, nasehat menasehati, saling doa mendoakan, dll).

Kenapa kita sangat sering mengghibah (ngrumpi), padahal kita tidak sedang duduk dengan seorangpun. Itu karena saat kita mendapatkan satu message yang berisi ghibah terhadap seseorang atau suatu kelompok, dan dengan cepat kita sebar ke grup-grup yang kita punya. Dengan begitu cepatnya kita mengghibah, sedang kita tidak sadar berapa banyak dosa yang kita dapatkan dari hal itu.

Sangat disayangkan, kita telah menjadi pecandu...
Kita makan, handphone ada ditangan kiri kita.
Kita duduk bersama teman-teman, HP ada di genggaman.
Berbicara dengan ayah dan ibu yang wajib kita hormati, akan tetapi handphone ada di tangan pula.
Sedang mengemudi kendaraan, HP juga di tangan.
Sampai-sampai anak-anak kita pun telah kehilangan kasih sayang dari kita, karena kita telah berpaling dari mereka dan lebih mementingkan handphone.

"Aku tidak ingin mendengar seseorang yang memberi pembelaan pada teknologi ini. Karena sekarang, jika sesaat saja HP kita tertinggal betapa kita merasa sangat kehilangan...

Ah, andai perasaan seperti itu ada juga pada shalat dan tilawatul (pembacaan) Qur'an kita..."

Adakah dari kita yang mengingkari
hal ini ? Dan siapa yang tidak mendapatkan perubahan negatif dalam kehidupannya, setelah masuknya teknologi ini pada kehidupannya dan setelah menjadi pecandu ?

Demi Allah, siapakah yang akan menjadi teman kita nanti di kubur ? Apakah HP ?

Mari kita sama-sama kembali kepada Allah, jangan sampai ada hal2 yang menyibukkan kita dari dien (agama) kita. Karenanya kita tidak tahu, berapa lamakah sisa umur kita".

Allah berfirman:
“Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit”. QS.Thoha: 124.

Semoga handphone yang kita miliki adalah wasilah untuk kebaikan dan bukan wasilah dalam keburukan...

Semoga bermanfaat .....

✒ Renungan Pagi.

Al-Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah - Rahimahullah - mengatakan :
Cinta itu Terbagi menjadi Lima Macam :
1. Cinta kepada Allah ta'ala.
Ini adalah jenis Cinta yang Hampir semua Makhluq memilikinya, Baik itu orang yang beriman atau Kaum Musyrikin bahkan Yahudi dan Nasrani serta yang yang selain mereka. Mereka semuanya memiliki rasa cinta kepada Allah ta'ala.
Maka Hanya memiliki rasa cinta kepada Allah ta'ala tidak cukup bisa menghindarkan dari Adzab Allah ta'ala serta memasukkan kedalam surga.

2. Cinta kepada Semua Hal yang dicintai Oleh Allah ta'ala.
Dan inilah rasa cinta yang bisa memasukkan seseorang kepada agama Islam dan mengeluarkannya dari rasa kekufuran.
Manusia yang paling dicintai oleh Allah ta'ala adalah manusia yang mencintai Allah ta'ala dan mencintai segala hal yang dicintai oleh Allah ta'ala.

3. Cinta karena sebab Allah ta'ala serta cinta dijalan Allah ta'ala.
Ketika seseorang mencinta segala hal yang dicintai oleh Allah ta'ala, maka wajib pula baginya untuk cinta karena sebab Allah dan dijalan Allah ta'ala.

4. Cinta kepada sesuatu yang menyamai atau melebihi cintanya kepada Allah ta'ala.
Inilah jenis kecintaan yang dilarang bahkan termasuk syirik kepada Allah ta'ala.
Siapa saja yang mencintai sesuatu/seseorang menyamai atau bahkan melebihi cintanya kepada Allah ta'ala, maka dia telah mengambil tandingan terhadap Allah ta'ala.
Cinta jenis ini adalah cinta yang dimiliki oleh Kaum Musyrikin.

5. Cinta yang merupakan tabiat Manusia atau dasar sifat manusia.
Manusia tabiatnya memiliki rasa cinta terhadap sesuatu yang indah, Mencintai istri atau anak atau orang tua atau teman, cinta terhadap Harta atau benda, dan sebagainya.
Rasa Cinta ini adalah jenis Cinta yang diperbolehkan dengan syarat, tidak boleh melalaikan dari mengingat Allah ta'ala dan menyibukkan serta menghalangi dari rasa cinta kepada Allah ta'ala.
Allah ta'ala berfirman :
{ Wahai orang-orang yang beriman !! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah ta'ala.
Dan siapa saja yang berbuat hal itu, maka mereka itulah orang-orang yang merugi. }
[ QS Al-Munafiqun ayat 9 ]


�� Rujukan :
Ad-Daa'u wa ad-Dawaa'u.
Cetakan Dar Ibnul Jauzi - Arab Saudi.
Karya Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah -Rahimahullah-. ( Hal 271 ).

Dinukil dan diterjemahkan oleh :
Mush'ab Ibrahim Al-Atsari.

✍ Iman.

Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah - rahimahullah - berkata :
{ dan termasuk dari dasar-dasar Aqidah Ahlussunnah wa Al-Jama'ah bahwasannya Agama dan Iman terdiri dari Perkataan dan Amalan.
Perkataan Hati dan Lisan, Amalan Hati dan lisan serta anggota badan. }
[ Al-Aqidah Al-Wasithiyyah ]

Maka Iman mencakup :
1. Perkataan Hati.
Yaitu dengan cara membenarkannya dan meyakininya.

2. Perkataan Lisan :
Yaitu dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.
أشهد أن لا إله إلا الله و أن محمدا رسول الله.
Dan juga berikrar untuk memenuhi hal-hal yang berupa konsekuensi dan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan dari mengucapkan dua syahadat tersebut.

3. Amalan Hati.
Termasuk dari amalan hati adalah : Niat, Ikhlash, Tawakkal, Khauf, Khasy-yah, Mahabbah, Roja', dan masih banyak yang lainnya dari yang masuk kategori Amalan Hati.

4. Amalan Lisan.
Yaitu suatu Amalan yang khusus hanya bisa diamalkan dengan lisan.
Contoh : Tilawah Al-Qur'an, Segalam Macam bentuk Dzikir dan Istighfar serta Doa.

5. Amalan Anggota Badan.
Contoh : Shalat, Jihad, Hajji, dll.

Ketauhilah, bahwasannya Iman Itu Wajib memenuhi semua Cakupan diatas.
Maka Iman itu tidak bisa Hanya Ucapan syahadat tanpa keyakinan dalam hati serta tanpa diamalkan.
Maka ketika kita beriman Wajib meyakini dalam hati lalu mengucapkannya dengan lisan serta mengamalkannya dengan anggota badan.

Wallahu A'lam bisshowab.
Semoga Bermanfaat !!

�� Rujukan :

- Ziyadatul Iman wa Nuqshanuh.
Terbitan Dar Qunuz Isybilia - Riyadh.
Karya : Syaikh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad - Hafidzahullah - ( Hal 37-40 ).

Alih Bahasa :
Mush'ab Ibrahim Al-Atsary.

PERKARA YANG MENDATANGKAN TAUFIQ

As-Saikh Prof.DR Abdurrozak Al-Badr hafidhohullah Ta'ala.

Alhamdulillah, was sholaatu was salaamu ala Rosulillah, wa ba'du;

Orang-orang yang  mengenal Allah Ta'ala telah sepakat bahwa taufiq bagi seseorang adalah ketika Allah Ta'ala tidak menyandarkan seorang hamba kepada dirinya sendiri .

Dan kesengsaraan adalah tatkala Allah Ta'ala menyadarkan seseorang kepada dirinya sendiri.

Dan diantara perkara yang wajib dipahami pada kesempatan kali ini bahwasanya sebab-sebab mendapatkan taufiq diantara nya adalah :

● Niat yang shalih yang ini merupakan asas dari segala bentuk amalan dan tonggak serta penegak dari sebuah amal.

● Banyak berdoa dan memohon pertolongan kepada Allah Ta'ala, karena sesungguhnya barangsiapa yang di berikan kekuatan doa sesungguhnya ia telah memiliki kunci taufiq dan pintu nya.

● Jujur dan tawakal hanya kepada Allah Ta'ala, sebagaimana perkataan Nabi Syuaib Alaihi As-Salaam :

   وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ 

" Dan yang memberikan petunjuk kepada ku hanya Allah saja, aku bertawakkal kepada-Nya ".

● Memperbaiki jiwa dengan ilmu, karena sesungguhnya ilmu adalah cahaya dan pelita bagi pemilik nya, dan banyaknya petaka yang datang kecuali disebabkan hilangnya ilmu syariat yang dengannya meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

● Mujahadah dalam ibadah dan ketaatan baik yang berupa kewajiban atau perkara mustahabaat.

● Bergaul dengan orang-orang yang baik dan istiqomah, dan menjauhi orang-orang yang buruk dan rusak, sesungguhnya barangsiapa yang duduk dengan orang-orang yang jahat, ia telah membuka pintu-pintu kesengsaraan dan kehinaan, semoga kita semua senantiasa diberikan taufiq oleh Allah Ta'ala.

�� Ancaman Berdusta Atas Nama Allah dan Rasul ��

�� Perkataan dalam agama yang "Tidak Ada Keterangannya" di dalam al-Qur'an, hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang shahih, perkataan para sahabat Nabi dst tidak boleh dijadikan sandaran dalam berdalil atau disebarluaskan !

�� Pada saat ini semakin banyak orang yang tidak berhati-hati dalam menukil tulisan, pembicaraan, artikel dll, baik di group WA, Facebook atau media sosial lainnya, dengan tanpa memastikan terlebih dahulu tentang kebenarannya. Hal itu jelas dapat menyesatkan manusia dan memfitnah mereka serta membawa kepada kedustaan.

�� Banyak sekali hadits-hadits atau tulisan-tulisan yang bertebaran di internet, buku-buku dll, tetapi tidak semua orang yang berusaha mencari tahu kebenaran hadits-hadits atau tulisan-tulisan tersebut, sehingga mereka sering kali dengan mudahnya menshare ke WA, BBM dll dari hadits palsu, bathil, tidak ada asal usulnya, munkar, dho'iifun jiddan dll.

�� Dan ini merupakan perbuatan dosa besar, karena menyandarkan suatu perkataan dusta kepada Allah dan Rasul-Nya, padahal Allah dan Rasul-Nya tidak pernah berkata seperti itu.

Tidakkah kita takut dengan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :

رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ رَجُلَيْنِ أَتَيَانِي قَالَا الَّذِي رَأَيْتَهُ يُشَقُّ شِدْقُهُ فَكَذَّابٌ يَكْذِبُ بِالْكَذْبَةِ تُحْمَلُ عَنْهُ حَتَّى تَبْلُغَ الْآفَاقَ فَيُصْنَعُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

"Semalam aku melihat dua orang mendatangiku (yaitu dua malaikat yang menjelma menjadi dua lelaki), mereka berdua berkata : "Orang yang engkau lihat dirobek sisi mulutnya hingga pipinya adalah seorang pendusta yang berdusta dengan satu dusta, lantas dusta tersebut disebarkan hingga mencapai penjuru ufuq, maka dia disiksa demikian hingga hari kiamat"
▶ (HR. Bukhari no.6096, hadits dari Samuroh bin Jundub)

Allah Ta'ala telah mengingatkan kita agar senantiasa dan selalu mengecek kebenaran suatu berita :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ
بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا

(1). “Wahai orang-orang yang beriman ketika datang kepada kalian orang yang fasik dengan membawa suatu berita maka tabayyunlah (carilah kebenaran berita itu)...”
▶ (QS. Al-Hujurat : 6)

(2). “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”
▶ [QS. Al-Israa’ : 36]

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ , إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ

(3). "Dan tiadalah yang diucapkan (Rasul) itu (yaitu Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)"
▶ (QS.An-Najm : 3-4)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

(4). “Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah dia mengambil tempat duduknya di neraka”
▶ (HR. Bukhari no. 107 dan Muslim no. 3, hadits dari Abu Hurairah).

إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

(5). “Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta atas nama orang lain. Karena barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah dia mengambil tempat duduknya dari neraka"
▶ (HR. Bukhari no. 1291 dan Muslim no. 4, hadits dari al-Mughirah)

إِنَّ الَّذِي يَكْذِبُ عَلَيَّ يُبْنىَ لَهُ بَيْتٌ فىِ النَّارِ

(6). "Sesungguhnya orang yang berdusta atas namaku akan dibangunkan untuknya sebuah rumah di dalam neraka"
▶ [HR Ahmad II/ 32, 103, 144, hadits dari Ibnu Umar, lihat Shahiihul Jaami’ ash-Shaghiir no. 1694 dan Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 1618]

سَيَكُوْنُ فىِ آخِرِ الزَّمَانِ نَاسٌ مِنْ أُمَّتىِ يُحَدِّثُوْنَكُمْ بِمَا لَمْ تَسْمَعُوْا أَنْتُمْ وَ لاَ آبَاؤُكُمْ فَإِيَّاكُمْ وَ إِيَّاهُمْ

(7). "Pada akhir zaman nanti akan ada para dajjal pendusta. Mereka akan datang kepada kalian untuk memberitakan berita yang tidak pernah didengar oleh kalian dan juga oleh bapak-bapak kalian. Oleh karena itu berhati-hatilah kalian kepada mereka. Sehingga mereka tidak akan bisa menyesatkan kalian dan juga tidak bisa menebar fitnah kepada diri kalian"
▶ (HR.Muslim no.7, hadits dari Abu Hurairah)

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

(8). “Cukuplah seseorang dianggap pendusta ketika dia menceritakan (menyebarkan) setiap apa saja yang dia dengar"
▶ (HR.Muslim no.5 dan Abu Dawud no.4992, lihat ash-Shahiihah no.205).

Imam Ibnu Hibban berkata : "Di dalam hadits ini ada ancaman bagi seseorang yang menyampaikan setiap apa yang dia dengar sampai dia tahu dengan seyakin-yakinnya bahwa hadits atau riwayat itu adalah shahih"
▶ (Kitab Majruhin minal Muhadditsin I/16-17).

Imam an-Nawawi dalam Kitab Syarah Shahih Muslim berkata :

وَأَمَّا مَعْنَى الْحَدِيث وَالْآثَار الَّتِي فِي الْبَاب فَفِيهَا الزَّجْر عَنْ التَّحْدِيث بِكُلِّ مَا سَمِعَ الْإِنْسَان فَإِنَّهُ يَسْمَع فِي الْعَادَة الصِّدْق وَالْكَذِب ، فَإِذَا حَدَّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ فَقَدْ كَذَبَ لِإِخْبَارِهِ بِمَا لَمْ يَكُنْ

"Makna hadits dan atsar yang ada dalam bab ini adalah peringatan agar tidak menyampaikan apa saja yang didengarnya. Karena biasanya berita itu ada yang benar dan ada yang dusta. Maka apabila ia membicarakan semua yang didengarnya maka sungguh dia telah dusta karena menyampaikan apa yang sebenarnya tidak ada"

Berhati-hatilah dalam menulis, berbicara dan menyebarkan berita yang seperti itu, karena orang itu  akan tertuduh sebagai "PENDUSTA".

Allah Ta'ala berfirman :

قُتِلَ الْخَرَّاصُونَ

(9). "Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta"
▶ (QS. Adz-Dzaariyaat : 10)

فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا لِيُضِلَّ النَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

(10). "Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa ilmu ? Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim"
▶ (QS. Al-An'aam : 144).

Syaikh Utsaimin rahimahullah berkata :

"Berdusta atas nama Allah termasuk ketika menafsirkan firman Allah dengan sesuatu yang tidak dikehendaki-Nya. Tetapi jika itu atas dasar ijtihad dan ia salah dalam menafsirkan ayat, maka Allah akan memaafkannya"

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

(11). "Sesungguhnya kedustaan itu akan menjerumuskan kepada kejahatan dan kejahatan itu akan menjerumuskan ke dalam neraka. Seseorang yang biasa berdusta maka di sisi Allah ia akan dicap sebagai PENDUSTA"
▶ (HR.Bukhari no.6094 dan Muslim no.2606, hadits dari Abdullah bin Mas'ud).

إِيَّاكُمْ وَ كَثْرَةَ اْلحَدِيْثِ عَنىِّ فَمَنْ قَالَ عَلَيَّ فَلْيَقُلْ حَقًّا أَوْ صِدْقًا وَ مَنْ تَقَوَّلَ عَلَيَّ مَا لَمْ أَقُلْ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

(12). "Waspadalah kalian dari banyak menyampaikan hadits dariku. Barangsiapa yang hendak berkata maka berkatalah yang benar atau yang hak. Dan barangsiapa yang berucap atas namaku yang TIDAK pernah aku ucapkan maka bersiaplah tempatnya di neraka"
▶ [HR. Ibnu Majah no.35, Ahmad V/ 297 dan ad-Darimi I/ 77, hadits dari Abu Qatadah, lihat Shahiihul Jaami’ ash-Shaghiir no.2684 dan Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no.1753].

Berhati-hatilah, sudah banyak ikhwan dan akhawat yang tergelincir...

Berhati-hatilah, karena Allah akan menghisab apa yang ditulis dan di sebarkan...

Ini adalah permasalahan besar, hendaklah berilmu terlebih dahulu sebelum beramal...

✅ Maka dari itu, sebelum menyebarkan artikel perhatikanlah adab-adab berikut ini :

(1). Periksa terlebih dahulu kevalidan artikel tersebut.

(2). Bila bc itu berisi pesan agama, maka pastikan keshohihan isi bc tersebut baik dari sisi materi, dalil dan sisi pendalilannya. Bertanyalah pada orang yang berilmu.

(3). Bila hanya menukil artikel, maka berilah keterangan sumber artikel tersebut.

(4). Bila terlanjur salah dalam menyampaikan artikel maka segeralah meluruskan artikel tersebut dan tidak perlu malu, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah.

(5). Tidak semua yang didengar atau dibaca lantas langsung disebarkan.

Ibnu Hajar rahimahullah berkata :

"Diharuskan bagi seorang yang ingin menilai suatu ucapan, perbuatan atau golongan untuk berhati-hati dalam menukil dan tidak memastikan kecuali (setelah) benar-benar terbukti, tidak boleh mencukupkan diri hanya dengan isu yang beredar, apalagi jika hal itu menjurus kepada celaan terhadap seorang ulama"
▶ (Dzail at-Tabr al-Masbuk hal 4 oleh as-Sakhawi, dari Qashash Laa Tatsbutu II/16 oleh Masyhur bin Hasan Salman).

Wallahul Muwaffiq

✒ Ustadz Najmi Umar Bakkar

Bolehnya Singkatan "SAW" atau "Aslkm wr wb", dan Sejenisnya (Fatwa Syaikh Al-Albani rahimahullah)

Tentunya semua orang akan sepakat bahwa yang terbaik adalah tidak menyingkat lafal-lafal doa, akan tetapi menuliskannya dengan sempurna. Sholawat kepada Nabi hendaknya ditulis lengkap "Shallallahu 'alaihi wa sallam", demikian juga memberi salam hendaknya ditulis dengan lengkap "Assalaamu'alaikum warahmatullaaahi wa barokaatuhu".

Akan tetapi yang menimbulkan pernyataan, kita banyak mendapati kaum muslimin yang menyingkat-nyingkat doa-doa tersebut, tentunya sama sekali bukan dalam rangka meremehkan doa-doa tersebut, namun kemungkinan terbesar adalah demi menyingkat waktu dalam penulisan.


Toh kenyataannya kita dapati –dalam hal ucapan- tidak ada seorang muslimpun yang menyingkat doa. Setiap muslim tatkala memberi salam kepada saudaranya dengan ucapan maka iapun mengucapkannya dengan sempurna, demikian juga tatkala bersholawat kepada Nabi mengucapkan doa sholawat tersebut dengan sempurna.
Jika demikian perkaranya hanyalah permasalahan "menyingkat" dalam tulisan, bukan dalam ucapan. Apakah hukumnya haram?, ataukah boleh??!

Syaikh Al-Albani rahimahullah pernah ditanya tentang permasalahan ini :

Pertanyaan :

ما حكم كتابة الحرف ( ص ) بعد لفظة النبي صلى الله عليه وسلم في الكتاب.؟
Apa hukum penulisan huruf (ص) setelah penulisan lafal Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di buku?

Jawab :

لا مانع من ذلك، بخلاف ما يفعله بعضهم قديما (صلعم) إختصار أوسع،أكثر حرفا من (ص) لأن ذلك أُوهم أنها كلمة،وبعض العامة والجهلة لا يفقهها،وأما (ص) فأصبحت رمزا للصلاة على النبي صلي الله عليه وسلم، لذلك أنا ما أرى مانعا من إستعمال هذه اللفظة لأنها لا يُسئ فهمها
"Tidak mengapa, berbeda dengan apa yang dilakukan oleh sebagian orang dahulu dengan menulis singkatan "صلعم" (yaitu ringkasan dari صـلـى الله عليه وسلم -pen), yaitu bentuk ringkasan yang lebih luas dan lebih banyak hurufnya daripada (ص), karena tulisan (صلعم) mengesankan adalah sebuah kata (shol'am), dan sebagian orang awam serta orang-orang bodoh tidak memahaminya (kalau itu hanya singkatan-pen). Adapun singkatan (ص) maka menjadi simbol bagi sholawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Karenanya aku memandang tidak mengapa menggunakan lafal ini (ص sebagai ringkasan shalawat-pen) karena tidak disalah fahami" (Transkrip dari kaset Silsilah Al-Hudaa wa An-Nuur, kaset no 165, silahkan lihat http://bayenahsalaf.com/vb/showthread.php?t=6110)

          Sangat jelas dari perkataan Syaikh Al-Albani bahwasanya jika simbol (yang merupakan singkatan) tidak menimbulkan kesalah fahaman bagi orang awam maka tidak mengapa untuk digunakan. Karena tujuan dari simbol tersebut bukanlah untuk dibaca, tapi yang dibaca adalah sholawatnya secara lengkap. Simbol tersebut hanyalah sebagai pemberitahuan untuk bersholawat.

Dari jawaban Syaikh Al-Albani di atas maka bisa kita simpulkan akan bolehnya menyingkat shalawat kepada Nabi dengan "SAW", demikian juga menyingkat salam dengan "Ass Wr Wb", atau menjawab salam dengan "Wlkm wr wb", atau yang semisalnya yang tentunya telah dipahami maksudnya oleh pembaca.

          Pendapat Syaikh Al-Albani rahimahullah ini diselisihi oleh mayoritas ulama. Kebanyakan ulama memandang penyingkatan shalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah makruh. Silahkan lihat fatwa-fatwa mereka  di http://www.artikelmuslim.com/2012/02/fatwa-ulama-seputar-hukum-menyingkat.html atau di http://www.konsultasisyariah.com/hukum-menyingkat-tulisan-shalawat-nabi/ 

Namun As-Sakhoowi rahimahullah (wafat 902 H) dalam kitabnya Fathul Mughiits (Syarah 1000 bait Al-Haafiz al-'Irooqi) lebih cenderung kepada pendapat bahwa penyingkatan tersebut hanya masuk pada kategori خِلاَفُ الأَوْلَى "Menyelisihi yang lebih utama", dan tidak sampai pada kategori makruh. Berikut pernyataan beliau rahimahullah

واجتنب أيها الكاتب الرمز لها أي للصلاة على رسول الله صلى الله عليه و سلم في خطك بأن تقتصر منها على حرفين ونحو ذلك فتكون منقوصة صورة كما يفعله الكسائي والجهلة من أبناء العجم غالبا وعوام الطلبة فيكتبون بدلا صلى الله عليه وسلم ص أو صم أو صلم أو صلعم فذلك لما فيه من نقص الأجر لنقص الكتابة خلاف الأولى.
وتصريح المصنف فيه وفيما بعده بالكراهة ليس على بابه ...لكن وجد بخط الذهبي وبعض الحفاظ كتابتها هكذا صلى الله علم وربما اقتفيت أثرهم فيه بزيادة لام أخرى قبل الميم مع التلفظ بهما غالبا والأولى خلافة
"Wahai sang penulis, hendaknya engkau menjauhi penulisan simbol untuk bersholawat kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam tulisanmu, yaitu engkau menyingkatnya menjadi dua huruf dan yang semisalnya. Maka jadilah bentuk sholawatnya menjadi berkurang, sebagaimana yang dilakukan oleh Al-Kisaai, orang-orang jahil dari orang-orang 'ajam secara umum, dan juga para penuntut ilmu yang awam. Sebagai pengganti صلى الله عليه وسلم mereka tulis (ص) atau (صم) atau (صلم) atau (صلعم). Hal ini dikarenakan akan mengurangi pahala dikarenakan kurangnya tulisan. Ini adalah menyelisihi yang lebih utama.

Dan penegasan sang penulis (Yaitu Al-Haafiz Al-'Irooqi rahimahullah-pen) di bait ini dan juga pada bait setelahnya akan makruhnya (hal ini) maka bukanlah pada makna biasanya…

Akan tetapi ditemukan khot (tulisan tangan) Al-Imam Adz-Dzahabi dan juga sebagian para huffaz penulisan shalawat kepada Nabi seperti ini (صلى الله علم), dan terkadang aku mengikuti cara mereka (dalam penyingkatan-pen) dengan menambah huruf laam yang lain sebelum huruf miim (yaitu jadinya صلى الله عللم -pen) dengan biasanya disertai melafalkan sholat dan salam. Dan yang lebih utama adalah tidak melakukannya" (Fathul Mughiits 3/70-71, tahqiq Ali Husain Ali, cetakan Wizaaroh Asy-Syu'uun Al-Islaamiyah wal Awqoof wa Ad-Da'wah wa Al-Irsyaad)

Perhatikanlah perkataan As-Sakhoowi "makruhnya (hal ini) maka bukanlah pada makna biasanya", menunjukkan beliau tidak setuju bahwa penyingkatan shalawat dalam tulisan dihukumi makruh. Sehingga beliau menafsirkan kata "makruh" yang disebutkan oleh Al-Haafiz al-'Irooqi bahwa makruh tersebut bukan pada makna makruh dalam makna biasanya yaitu makruh dalam hukum fikih. Akan tetapi wallahu a'lam, seakan-akan As-Sakhoowi hanya memandang makruh tersebut dalam adab saja bukan dalam hukum. Karenanya beliau menegaskan bahwa beliau juga melakukan penyingkatan tersebut terkadang akan tetapi hanya dalam tulisan, dan tatkala beliau menyingkat dalam tulisan mulut beliau tetap mengucapkan sholat dan dan salam kepada Nabi dalam bentuk ucapan. Akan tetapi beliau tetap memandang bahwa menyingkat hanyalah menyelisihi yang lebih utama.

          Pendapat As-Sakhoowi rahimahullah ini saya kira sama dengan pendapat Syaikh Al-Albani, bahwasanya penyingkatan shalawat hukumnya boleh, hanya saja menyelisihi yang lebih utama, karena tentunya dengan menulisnya secara lengkap akan mendapatkan pahala menulis sholawat tersebut, selain juga mendapatkan pahala mengucapkan secara lisan sholawat tersebut.

Pendapat Syaikh As-Sakhowi dan Al-Albani cukup kuat mengingat :

Pertama : "Makruh" salah satu bentuk vonis hukum dalam hukum-hukum fikih. Tentunya vonis tersebut butuh dalil, sebagaimana pernyataan "mubaah", "sunnah", "haram", dan "wajib" juga butuh dalil. Dan dalam hal penyingkatan shalawat maka hukum asalnya adalah mubaah (boleh), kecuali ada dalil yang memalingkan kepada makruh.

Kedua : Tujuan dari tulisan adalah dibaca, karenanya huruf-huruf untuk mengungkapkan sesuatu ucapan bisa saja berbeda-beda. Untuk mengungkapkan sholawat kepada Nabi yaitu dengan ucapan (صلى الله عليه وسلم) bisa dengan menggunakan huruf Arab (huruf hijaiyah) atau dengan huruf latin, atau dengan huruf cina atau jepang, atau huruf jawa kuno, dll. Yang intinya dibuatnya tulisan adalah untuk dibaca, jika suatu tulisan sudah dipahami maksud bacaannya maka telah tercapai tujuan tulisan tersebut, karena tulisan adalah wasilah/sarana saja, tujuannya adalah bacaan. Jika tujuannya telah tercapai dengan tulisan huruf apapun maka wallahu A'lam tidak mengapa.

Karenanya syaikh Al-Albani rahimahullah memandang tidak mengapa jika lafal sholawat disingkat menjadi (ص) karena orang yang membacanya sudah paham tujuan dari tulisan huruf shood ini, yaitu untuk bershalawat. Akan tetapi beliau kurang setuju dengan singkatan (صلعم) karena dikawatirkan akan disalah pahami sehingga akan dibaca oleh orang yang tidak mengerti dengan "Shol'ama" yang tidak tahu bahwa itu adalah singkatan dari sholawat kepada Nabi. Artinya beliau kawatir tujuan dari tulisan tidak tercapai. Dengan demikian jika tujuan dari tulisan huruf-huruf telah tercapai maka hukumnya tidak mengapa. Sebagaimana tulisan SAW, saya rasa rata-rata orang akan faham maksudnya adalah untuk bersholawat kepada Nabi dengan mengucapkan "Shallallahu 'Alaihi Wasallam", dan bukan dibaca "saw'.

Ketiga : Jika kita menjadikan teks tulisan yang tertera sebagai tujuan maka yang hanya bisa mengungkapkan sholawat kepada Nabi dengan tepat adalah huruf Arab hijaiyah. Adapun huruf latin, huruf jawa kuno, huruf jepang, apalagi huruf cina tentu tidak akan bisa mengungkapkan sholawat dengan tepat. Sebagai contoh di dalam bahasa Inggris, atau bahasa, jawa, dan juga huruf cina dan jepang, kemungkinan besar tidak ada yang bisa mewakili huruf (ع) 'ain, demikian juga huruf (ص). Karenanya kalau kita hanya bersandar kepada teks yang tertulis dengan melalaikan bahwa teks tersebut hanyalah sarana dan bukan tujuan, maka kita katakan penulisan sholawat dalam bahasa Indonesia sebagai berikut merupakan kesalahan : "Salalahu alaihi wa salam". Ini adalah kesalahan karena jika dibaca leterlek maka tidak akan mewakili sholawat yang benar, karena tidak mewakili huruf shood, dan malah cenderung mewakili huruf siin, demikian juga tidak mewakili huruf 'ain, tetapi lebih cenderung mewakili huruf hamzah, demikian juga huruf lam nya tidak didouble. Yang paling mendekati kebenaran adalan "Shollallahu 'alaihi wa sallam"

Keempat : Dari penjelasan poin di atas maka saya kurang setuju dengan penghukuman sebagian orang yang menyatakan bahwa menyingkat (السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ) dengan Ass wr wb adalah kesalahan, dikarenakan makna "Ass" dalam bahasa Inggris adalah makna yang jorok. Hal ini dikarenakan sbb :
  • Tujuan dari tulisan adalah bacaan, dan tujuan penulisan "Ass wr wb" bukanlah maksudnya dibaca secara leterlek "Ass". Saya rasa ini dipahami oleh semua orang yang berakal. Demikian juga kalau tujuannya hanya membaca teks secara leterlek maka bagaimana mau dibaca "wr" dan "wb"??
  • Penulisan singkatan tersebut (yaitu Ass wr wb) dimaksudkan adalah dalam bahasa Indonesia, karenanya janganlah dibawa kepada makna bahasa-bahasa yang lain. Jika caranya demikian maka bisa jadi kita akan terjerumus dalam banyak kesalahan. Sebagai contoh kata "butuh" dalam bahasa Indonesia adalah maknanya "perlu", tapi dalam bahasa Malaysia maknanya konon adalah "kemaluan". Demikian juga misalnya kata "naik" dalam bahasa Indonesia artinya beranjak dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi, akan tetapi dalam bahasa Arab artinya "berhubungan tubuh/seks"
  • Jika kita membawa tulisan Indonesia ke makna-makna dalam bahasa lain, seperti Ass dalam bahasa inggris artinya "pantat" maka jadilah penyingkatan ini menjadi haram, bukan hanya makruh. Demikian juga mungkin saja kata "SAW" dalam bahasa-bahasa yang lain bisa jadi bermakna buruk. Padahal mayoritas ulama hanya menyatakan hukumnya sekedar makruh dan tidak sampai pada derajat haram. Wallahu A'lam.

Kelima : Sering kita butuh pada singkatan-singkatan tersebut dalam menulis sms dalam rangka untuk menghemat biaya dan menghemat waktu. Karena sebagaimana kita ketahui bersama bahwasanya kecepatan mengucapkan (berbicara dengan lisan) lebih cepat daripada kecepatan pengungkapan dengan tulisan.

Keenam : Kita juga mendapati para ulama melakukan penyingkatan, seperti (نا) yang merupakan singkatan dari (حدثنا), demikian juga misalnya kata (بسملة) yang merupakan singkatan dari (بسم الله الرحمن الرحيم), juga kata (حمدلة) singkatan dari (الحمد لله), juga kata (حيفلة) singkatan dari (حي على الفلاح) juga kata (حولقة) yang merupakan singkatan dari (لا حول ولا قوة إلا بالله).

Ketujuh : Diriwayatkan bahwsanya sebagian ahlil hadits menuliskan kata "Nabi" tanpa menuliskan (صلى الله عليه وسلم), akan tetapi hanya mencukupkan mengucapkan sholawat kepada Nabi dengan lisan tidak dengan tulisan. Jika perkaranya dibolehkan maka tentu menulis singkatan sholawat dalam rangka untuk mengingatkan pembaca agar bersholawat juga dibolehkan. Wallahu A'lam bis Showaab  
 
Catatan :
  • Bagaimanapun menulis doa secara lengkap itulah yang dianjurkan, dan lebih baik, serta sang penulis akan mendapatkan pahala dari tulisannya tersebut selain pahala ucapan.
  • Tulisan ini juga dimaksudkan untuk mengingatkan kepada para pembaca yang tatkala menegur orang yang menyingkat shalawat atau menyingkat salam dengan terkesan seakan-akan perbuatan tersebut adalah haram dan terhina pelakunya.

Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 16-11-1434 H / 22 September 2013 M
Abu Abdil Muhsin Firanda
www.firanda.com

������ MAINAN ITU BERNAMA DUNIA

Oleh: Ustadz Abdullah Zaen, Lc., MA hafidzohulloh

 Setiap dari kita tentu pernah mengalami masa kanak-kanak. Masa yang begitu indah sekaligus menggelikan. Barangkali ada di antara kita yang dahulu saat masih kecil pernah kehilangan mainan kesayangan. Masih ingat bagaimana respon kita saat itu? Menangis berjam-jam, bahkan mungkin sampai berhari-hari? Sekarang setelah dewasa, bila teringat perilaku itu, tentu kita akan tertawa geli, “Koq bisa begitu ya efeknya? Padahal kan cuma mainan biasa yang remeh?!”. Kita bisa berkomentar seperti itu saat ini, sebab kita sudah bertambah usia dan semakin matang dalam berpikir.

Ketahuilah bahwa sejatinya pandangan seseorang terhadap dunia, juga akan terpengaruh dengan semakin bertambah ‘kedewasaan’ dia dalam beriman. Semakin tebal imannya, maka akan semakin sadar betapa remehnya dunia. Sebaliknya bila kita masih mendewakan dunia, berarti itu pertanda iman kita masih ‘kekanak-kanakan’.[1]

Allah ta’ala menggambarkan hakikat dunia dalam firman-Nya,

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ”
Artinya: “Kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kalian mengerti?”. QS. Al-An’am (6): 32.

Aplikasi Teori

Begitulah kira-kira teori orang yang beriman dalam memandang hakikat dunia. Dunia hanyalah permainan. Penerapan teori tersebut dalam kehidupan sehari-hari antara lain demikian;

Pertama: Jangan terlalu sedih manakala kehilangan dunia

Ilustrasi yang kami paparkan di awal makalah diharapkan bisa memperjelas poin ini. Saat kita kehilangan barang, ditinggal orang yang kita cintai, gagal dalam berbisnis dan yang semisal itu, janganlah mau berlarut-larut dalam kesedihan. Introspeksi mengoreksi kesalahan, bagus. Tapi berlama-lama dalam kegalauan, jangan! Sebab apapun yang kita miliki di dunia ini, merupakan titipan dari Allah. Cepat atau lambat pasti akan diambil oleh-Nya.

Kedua: Jangan terlalaikan dari kehidupan hakiki (akhirat)

Permainan kita di dunia ini janganlah membuat kita terbuai, sehingga melupakan rumah kita yang sebenarnya, yakni di akhirat. Kita di dunia ini hanyalah “mampir ngombe” begitu kata orang Jawa.

Hadits sahih berikut insyaAllah membantu kita untuk memahami konsep barusan.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu bertutur,


نَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حَصِيرٍ فَقَامَ وَقَدْ أَثَّرَ فِي جَنْبِهِ، فَقُلْنَا: “يَا رَسُولَ اللهِ لَوِ اتَّخَذْنَا لَكَ وِطَاءً”، فَقَالَ: “مَا لِي وَلِلدُّنْيَا؟ مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا”.
“Suatu hari Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam tidur di atas tikar. Saat beliau bangun, di tubuhnya membekas garis-garis tikar. Maka kami pun berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana bila kami membuatkan kasur untukmu?”.

Beliau menjawab, “Apa kepentinganku di dunia ini? Aku di dunia ini hanyalah bagaikan seorang musafir yang bernaung di bawah sebuah pohon. Setelah itu ia pergi meninggalkannya”. HR. Tirmidzy dan beliau menyatakan hadits ini hasan sahih.

Semoga makalah singkat ini membantu kita untuk memahami hakikat dunia…

@ Pesantren ”Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 22 Jumadal Ula 1435 / 13 Maret 2015

�� [1] Cermati: Tafsîr as-Sa’dy (hal. 216).

 ��Sumber:  Tunasilmu.com

��"Bahaya" Mendoakan Orang Lain✔

Syaikh Umar Fallatah -rahimahullah-, ulama besar di Arab Saudi yg memiliki kajian harian di Masjid Nabawi, suatu ketika di datangi oleh seseorang selepas pengajian. Orang ini mendatangi syaikh, meminta kepada syaikh agar mendoakan nya.

"Wahai syaikh, saya ingin menikah...
Tolong doakan saya" kata orang tsb.

"Laa.. (tidak mau)" jawab syaikh.

"Cari saja orang lain yang mau mendoakan" Lanjut beliau.

"Lho, gimana syaikh, saya ingin menikah. Tolong doakan semoga Allah memudahkan saya untuk menikah..." Timpal orang ini.

"Laa... (Tidak mau)" Jawab syaikh.

Syaikh mengatakan, "Saya tidak mau mendoakan anda, karena nantinya malaikat meng-amin kan doa saya, lalu selanjutnya malaikat mengatakan : wa laka bi mitslin..."
(dan engkau pun mendapatkan apa yang ia dapatkan)*

"Laa... (Tidak)"

"Alhamdulillah saya sudah memiliki 1 orang istri, dan insyaallah saya cukup dengan nya..." tutup syeikh.
_________________________________

Kisah ini diceritakan oleh Syaikh Husein Al-Jabiri dalam kajian beliau, yang membuat para pendengar tak kuasa menahan tawa. ��

KETIKA SEMUA INGIN BERDAKWAH

����MUKADDIMAH
Ibnu Mas'ud pernah mengajarkan kita kaedah emas:

وكم من مريد للخير لن يصيبه

"Betapa banyak orang yang ingin kebaikan namun gagal mendapatkannya.
(Atsar diriwayatkan oleh ad-Darimi dalam Sunan dan Ibnu Abi Syaibah dalam Musannafnya, dan hadis di sahihkan oleh Syeikh Al-Albani).

����DAKWAH BUTUH KEBERSAMAAN DAN MUSYAWARAH

Jikalah Nabi-Shallalahu Alaihi wa sallam-diperintahkan Allah untuk bermusyawarah dengan firmannya:

ْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ
"Dan bermusyawaratlah dengan mereka"Qs: An-Nisa : 159.

Apalagi kita yang tidak maksum dan selalu diliputi kejahilan dan kebodohan,tentu lebih wajib untuk senantiasa bermusyawarah dalam urusan-urusan besar yang menyangkut orang banyak.
Apalagi jika masih ada bersama mereka para penimba ilmu dan astidzah yang telah kenyang makan "asam garam" kehidupan di medan dakwah. Bukankah Allah -azza wa jalla-memerintahkan manusia kembali kepada ulama dan orang berilmu mereka dalam firmanNya:

وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ ۖ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَىٰ أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ ۗ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا

"Dan apabila datang kepada mereka berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya,seandainya mereka menyerahkan urusan tersebut kepada Rasul dan Ulil Amri (ulama dan umara)di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu)". Qs: An-Nisa: 83.
Dalam ayat di atas, segala perkara yang berkaitan dengan orang banyak,baik tentang maslahat dan mudarat hendaklah dikembalikan kepada Rasulullah,yaitu sunnahnya, dan kepada ulil amri,yaitu para umara dan ulama yang mampu memberikan solusi melalui pemahaman mereka terhadap sunnah. Bahkan Allah menyebutkan setelah itu bahwa siapa saja yang tidak merujuk kepada mereka berarti telah mengangkat syetan sebagai panutan.

��BELAJAR DARI PENGALAMAN SALAF

Siapa saja yang membentangkan sejarah di hadapan matanya, akan mendapatkan bahwa keselamatan itu ada dengan bertanya kepada para ulama,sebaliknya kebinasaan itu begitu dekat dengan meninggalkan ulama.
Lihatlah ribuan khawarij tersesat disebabkan tidak merujuk kepada ulama dalam memahami Quran. Lihat pula bagaimana Ibnu Abbas dengan dialoqnya dapat mengembalikan ribuan orang yang tercemar paham khawarij kepada Islam.
Seandainya bukan bertanya pada Ibnu Umar-setelah Allah-niscaya akan tersesat dua tabiin yang datang dari Kufah dalam fitnah kufur kpd Qadar.
Seandainya tidak bertemu Abdullah bin Mas'ud,akan tergelincir Bisyr bin amru dalan fitnah khawarij memerangi pemerintah.
Bisyir berkata:" Kami mengikuti Ibnu Mas’ud tatkala dia keluar menuju Qadisiyah,lantas dia masuk ke kebun menunaikan hajatnya, dia berwhudu dan mengusap di atas kaos kakinya, kemudian dia keluar sementara tetesan air wudhu membasahi janggutnya.
Kami berkata: berikanlah pada kami wasiat, sebab manusia telah terjebak dalam fitnah dan kami tidak tau apakah bisa bertemu kembali denganmu atau tidak.
Innu Masud menjawab: " bertakwalah pada Allah dan bersabarlah hingga orang-orang yang baik akan beristirahat(wafat) dari orang jahat atau sebaliknya, manusia di istirahatkan dari mereka. Hendaklah kalian mengikuti jama’ah sebab Allah tidak akan mengumpulkan ummat Muhammad di atas kesesatan.

����TIDAK CUKUP HANYA MODAL SEMANGAT

Dalam berdakwah, tidak cukup hanya bermodalkan semangat dan iklash, di butuh ilmu, butuh strategi,butuh penangan dari para ulama agar terarah.
Jika hanya mengandalkan semangat, biasanya apa yang diinginkan akan tidak sesuai dengam kenyataan. Akibatnya fatal,jadilah apa yang mereka anghapi kemaslahata hakikatnya kerusakan.
Dakwah butuh musyawarat dalam menentukan langkah-langkah strategis ke depan. Tanpa mus Tanpa musyawarah dakwah akan berjalan sendiri-sendiri sesuai selera masing-masing. Setelah itu muncullah kesemrautan dan tumpang tindih kebijakan.
Berapa kali kita temukan di daerah perpecahan disebabkan tanpa koordinasi yang baik.
Pernah kusaksikan baliho yang terpampang besar di jalan-jalan tentang kegiatan daurah ust senior dan da'i nasional yang kuyakin dibayar mahal untuk iklan tersebut. Tetapi menurut informasi sebagian ikhwan, daurah tersebut di batalkan sang ust karena ternyata berbenturan dengan daurah ust senior yang lain, yang diadakan di tempat yang sama dengan waktu yang sedikit berbeda. Pernah pula daurah diadakan dalam waktu yang sama di tempat yang berdekatan, sehingga memecah belah jama'ah.

��BUKAN INGIN MEMONOPOLI DAKWAH

Sebagian ikhwan,terkadang salah sangka memandang sikap sebagian yayasan dan asatidzah yang melarang mereka untuk mengadakan daurah dengan berbagai tuduhan seperti ungkapan:
Ingin memonopoli dakwah...
Menghalangi kebaikan....
Mau menguasai masjid....
Berebut kotak infak....
Takut ditinggalkan jamaah....
Dst....
Padahal,senadainya mereka bijak,hendaklah mereka datang baik-baik,mengutarakan baik-baik,mengusulkan baik-baik kepada panitia daurah yang ditunjuk asatidzah atau yayasan, pastilah diterima karena hakikatnya membantu program dakwah asatidzah dan yayasan.

��DAKWAH INI BUKAN SEMAU ORANG YANG PUNYA UANG DAN PUNYA RELASI

Sebagian orang, ada yang diangerahkan Allah berupa kekayaan dan relasi yang baik dengan ustadz-ustadz. Dengan "semangat 45" dan tujuan yang baik, dia langsung mengundang ustadz-ustadz itu untuk mengisi kajian di daerahnya, tanpa mendiskusikan terlebih dahulu keinginannya dengan lembaga dakwah yang lebih dahulu memulai dakwah di tempat tersebut dan dengan meninggalkan ust-ust senior yang telah mendahuli dakwah di tempat itu. Akibatnya,tidak jarang kajian yang diadakan tersebut berbenturan dengan kajian yang lain.
Ustadz-ustadz yang di undang sulit disalahkan karena mereka menyangka yang mendatangkan mereka adalah lembaga dakwah dan ustadz-ustadz yang mereka kenal di daerah tersebut. Ternyata mereka pun tidak tau -menau tentang kedatangan ustad tersebut. Lebih miris lagi, ia tidak disambut
seorang ustazpun di tempat itu.

⭐USTADZ-USTADZ ITU BUKAN ARTIS

Para ustadz itu bukan artis yang bisa diundang kapan mau oleh siapa saja yang punya uang dan relasi untuk manggung. Terkadang di ekspoitasi untuk menguntungkan dunia panitia, berkaitan dengan dagangan yang ingin mereka lariskan, atau untuk mencari laba dari hasil infaq orang-orang yang panitia kumpulkan.
Kedatangan mereka bukan untuk proyek jual cd-cd dakwah mereka tanpa seizin mereka. Maka janganlah mengeksploitasi mereka atas nama dakwah.
Semoga semua kita sadar bahwa dakwah butuh ilmu dan pandangan jauh ke depan yang hanya mampu di baca para ulama dan para penimba ilmu.
Semoga kita sadar bahwa keberkahan dakwah itu ada beserta bimbingan para ustadz senior, sebagaimana kata ulama terdahulu: "keberkahan itu senantiasa bersama akabir(senior) kalian.
--------------
Samarinda, 26 Jumada ula 1437/06 Maret 2016
Abu Fairuz Ahmad Ridwan

✒ Berbagi Dosis Hadits Harian.

عن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنه قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول :
~ إن الله لا يقبض العلم انتزاعا ينتزعه من الناس، ولكن يقبض العلم العلماء حتى إذا لم يبق عالما، اتخذ الناس رءوسا جهالا فسئلوا، فأفتوا بغير علم، فضلوا و أضلوا ~
{ متفق عليه }
~ dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash radhiallahu anhu berkata : saya mendengar langsung Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
[ sesungguhnya Allah ta'ala tidak akan mengambil Ilmu dengan secara langsung mengambilnya dari manusia.
Akan tetapi Allah ta'ala mengambilnya dengan mematikan para Ulama'.
Sampai apabila tidak tersisa seorang yang Alim, manusia akan mengambil para pemimpin yang jahil(bodoh/tidak punya ilmu).
Kemudian manusia akan bertanya tentang sesuatu kepada mereka, kemudian mereka ber-fatwa dengan tanfa ilmu.
Maka mereka sesat dan menyesatkan. ]
{ HR Al-Bukhariy (100) dan Muslim (2673) }

��Dunukil dari Kitab Syarah Riyadhus Shalihin, Karya Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin rahimahullah.
Alfaqir ilallah, Mush'ab Ibrahim said Al-Atsariy As-Salafy.

Cemilan Indah

ما الفرق بين
الصالح والمصلح ؟
Apa bedanya Orang Baik (Shalih) dan Penyeru Kebaikan (Mushlih)..?

الصالح
خيره لنفسه
والمصلح
خيره لنفسه ولغيره
Orang Baik, melakukan kebaikan utk dirinya..
Penyeru Kebaikan, mengerjakan kebaikan utk dirinya dan orang lain..

الصالح
تحبُه الناس .
والمصلح
تعاديه الناس
Orang Baik, dicintai manusia..
Penyeru Kebaikan dimusuhi manusia..

�� لماذا !!!؟؟؟؟
Koq...?!?!

الحبيب المصطفى
(صلى الله عليه وسلم)
قبل البعثة أحبه قومه
لأنه صالح .
Rasul Tercinta SAW sebelum diutus, dicintai oleh kaumnya karena Beliau adalah Orang Baik..

ولكن لما
بعثه الله تعالى
صار مصلحًا فعادوه
وقالوا ساحر كذاب مجنون.
Namun ketika Allah ta'ala mengutusnya sebagai Penyeru Kebaikan, kaumnya langsung memusuhinya dengan menggelarinya; Tukang sihir, Pendusta, Gila..

�� ما السبب ؟
لأن المصلح
يصطدم بصخرة
أهواء من يريد أن
يصلح من فسادهم .
Apa sebabnya..?
Karena Penyeru Kebaikan 'menyikat' batu besar nafsu angkara dan memperbaikinya dari kerusakan..

ولذا أوصى
لقمان ابنه بالصبر
حين حثه على الإصلاح
لأنه سيقابل بالعداوة.
Itulah sebabnya kenapa Luqman menasihati anaknya agar BERSABAR ketika melakukan perbaikan, karena dia pasti akan menghadapi permusuhan..

( يا بني
أقم الصلاة
وأمر بالمعروف
وانهَ عن المنكر
واصبر على ما أصابك )
Hai anakku tegakkan sholat, perintahkan kebaikan, laranglah kemungkaran, dan bersabarlah atas apa yg menimpamu..

��قال أهل
الفضل والعلم :
مصلحٌ واحدٌ أحب إلى
الله من آلاف الصالحين ،
Berkata ahli ilmu:
Satu Penyeru Kebaikan lebih dicintai Allah daripada ribuan Orang Baik..

لأن المصلح
يحمي الله به أمة ،
والصالح يكتفي بحماية نفسه .
Karena melalui Penyeru Kebaikan itulah Allah jaga umat ini..
Sedang Orang Baik hanya cukup menjaga dirinya sendiri..

��فقد قال الله
عزَّ و جلَّ في
محكم التنزيل :
Allah Azza wa Jalla berfirman :

( وَمَا كَانَ رَبُّكَ
لِيُهْلِكَ الْقُرَىٰ بِظُلْمٍ
وَأَهْلُهَا مُصْلِحُون َ).
"Dan tidaklah Rabbmu membinasakan satu negeri dgn zalim padahal penduduknya adalah Penyeru Kebaikan.."

ولم يقل صالحون ..
Allah tidak berfirman;
"...Orang Baik (Sholih)"

��كونوا مصلحين
ولا تكتفوا بأن
تكونوا صالحين ��
Maka jadilah PENYERU KEBAIKAN, jangan merasa puas hanya sebagai ORANG BAIK saja..��

✍ Maksiat Memusnahkan dan menghilangkan keberkahan didalam Agama dan dunia.

Ketauhilah wahai saudaraku seIman, sesungguhnya Maksiat memusnahkan keberkahan umur, memusnahkan keberkahan rezeki yang diberikan Allah ta'ala kepada kita.
Maksiat juga memusnahkan keberkahan ilmu, keberkahan Amalan kita, keberkahan ketaatan kita.

Engkau Akan mendapati orang yang paling sedikit berkahnya adalah orang yang selalu berMaksiat kepada Allah ta'ala. Dan ketauhilah bahwa bumi itu dihilangkan keberkahannya karena sebab penghuninya bermaksiat kepada Allah ta'ala.
- Allah ta'ala berfirman :
{ dan sekiranya penduduk suatu negri itu beriman dan bertakwa, pasti kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan ayat-ayat kami, maka Kami akan siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan }
[ QS Al-A'raf ayat 96 ]

- Allah ta'ala juga berfirma :
{ Dan sekiranya mereka tetap berjalan lurus diatas jalan itu (islam), niscaya Kami akan mencurahkan kepada mereka air yang cukup.
Dengan cara itu Kami hendak menguji mereka. Dan siapa saja yang berpaling dari peringatan Rabnya, niscaya akan diberi adzab yang sangat pedih. }
[ QS Al-Jin ayat 16 -17 ]

Dan ketauhilah, bahwa bukanlah luasnya rizki dan amal itu dengan banyaknya jumlahnya. Akan tetapi luasnya rizki dan amal itu adalah dengan diberi keberkahan didalamnya.
Dan ketauhilah pula bahwa kebalikan dari berkah adalah laknat. Segala sesuatu yang dilaknat oleh Allah ta'ala berupa amalan atau seseorang atau sesuatu maka merupakan hal yang jauh dari kebaikan dan keberkahan.

Rasulullah - صلى الله عليه وسلم - bersabda : Dunia itu dilaknat dan dilaknat pula segala hal yang ada didalam kecuali Dzikrullah dan yang semisalnya, serta orang yang berilmu dan dan menuntut Ilmu.
( HR At-Tirmidzi. Dihasankan Oleh Syaikh Ali Hasan Al-Halabiy didalam kitab Miftah dar as-sa'adah 1/170 )


⏭ Sumber Tulisan : Kitab Ad - Da'u wa Ad - Dawa'u.
Karya Imam Ibnul Qoyyim Al - Jauziyyah.

Dipersembah kepada seluruh saudaraku sesama Muslim.
Ditulis dan dinukil Oleh :
Mush'ab Ibrahim Al - Atsary

✍ Berbagi untaian penyemangat.

قال تعالى : « و لتكن منكم أمة يدعون إلى الخير «
Allah ta'ala berfirman : { Dan hendaklah diantara kalian ada segolongan orang yang menyeru kepada kebaikan }
[ QS Ali Imron ayat 104 ]

عن أبي مسعود الأنصاري رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : » من دل على خير فله مثل أجر فاعله «
[ رواه مسلم ١٨٩٣ ]
Dari Abu Mas'ud Al-Anshoriy - رضي الله عنه - berkata : telah Bersabda Rasulullah - صلى الله عليه وسلم - : " Siapa saja yang memberikan petunjuk kebaikan kepada seseorang, maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengerjakan kebaikan tersebut".
[ HR Muslim 1893 ]

Marilah bersama - sama kita bekerja sama didalam dan diatas kebaikan.

✒ Ditulis oleh Mush'ab Ibrahim Al-Atsariy.

Bukti Bahwa Nabi seorang yang berakhlaq mulia

Nabi Muhammad salallahu alayhi wa sallam seorang yang menjungjung tinggi akhlaq yang mulia

Beliau adalah orang yang berakhlaq mulia, dan yang pertama kali menyeru kepada akhlaq yang mulia

Sebagai buktinya adalah

Beliau di juluki dengan al amin yang artinya terpercaya sebelum di utus menjadi Nabi

Allah di dalam al quran menerangkan:

وانك لعلى خلق عظيم

Sesungguhnya engkau berada di atas akhlaq yang agung

Seandainya tidak ada bukti kecuali firman Allah ini , niscaya sudah cukup

Perkataan istri beliau Khodijah:

و الله لا يخزيك الله ابدا، انك لتصل الرحم ، و تحمل الكل، و تكسب المعدوم، و تكرم الضيف، و تعين على نوائب الحق

Demi Allah, sesungguhnya Allah tidak akan menyia2kan mu, sesungguhnya engkau menyambung tali silatur rohim, engkau mengemban perkara yang sulit, memberikan orang yang tidak punya, menghormati tamu, dan membantu di dalam perkara2 yang baik

Perkataan anas bin malik:

كان النبي احسن الناس و اشجع الناس و اجود الناس
و في رواية: احسن الناس خلقا

Adalah Nabi manusia yang paling terbaik , berani dan dermawan
Dalam riwayat lain: manusia yang paling baik akhlaqnya.

Muhammad bin Badar Bajri
(Grop pecinta sunnah purwakarta)

RASA TENANG

Muhammad bin Hasanwaih - rohimahulloh - berkata:"Aku pernah menghadiri Abu Abdulloh Ahmad bin Hanbal, lantas ada seorang bertanya kepada beliau lalu berkata:Kapankah seorang merasakan ketenangan? Beliaupun berkata kepadanya:"KETIKA PERTAMA KALI TELAPAK KAKINYA DIA INJAKKAN DI SURGA". Lihat "AL-QOSHDU WAL IRSYAD"  

Bolehnya mengambil upah bekam dan Halalnya hasil upah dari bekam tersebut.

Dalilnya :
1. Bahwa pada zaman Rasululllahi shallallahu alahi wasallam ada salah seorang sahabat meminta izin Rasulullah untuk mengambil upah dari bekam, akan tetapi Rasulullah tidak mengizinkannya. Kemudian sahabat tersebut terus meminta izin Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda : Makanlah dari hasil keringatmu atau berikan hasil upahmu(hasil upah bekam) ke budakmu.
( Shohih, Riwayat Ahmad 5/435,436 dan Abu Dawud 3/708 dan At-Tirmidzi 1277 dan Ibnu Majah 2166 )
Ket: Hadits diatas menunjukkan bahwa Halalnya hasil upah bekam untuk diberikan kepada budak, jika seandainya Haram maka akan dilarang oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

2. Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu berkata : Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah di bekam oleh Abu Thoibah, lalu Rasulullah صلى الله عليه وسلم memerintah untuk memberikan abu Thoibah satu Sho' dari kurma. Lalu memerintahkan pula kepada keluarga Abu Thoibah untuk memperingankan dari upah hasil bekam.
[ HR Al-Bukhariy 2102, 2210, 2277, 2280, 2281, 5692
Dan Muslim ( Bab : Halalnya upah hasil Bekam juz 3/1204 ]

3. Dari Anas bin Malik رضي الله عنه beliau ditanya : apakah Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah dibekam ? Lalu beliau menjawab : ya, Rasulullah صلى الله عليه وسلم dibekam oleh Abu Thoibah lalu memberikan upah 2 sho' kurma.
[ HR Al-Bukhariy 5696 dan Muslim ( Bab : Halalnya Upah Bekam juz 3/1204 ) ]

Wallahu A'lam bisshowab.

Sumber : Syarhu As-Sunnah karya Imam Al-Baghawi rahimahullah.

Selasa, 03 Mei 2016

✍ Maksiat sebab utama didalam hilangnya segala kebaikan.

Siapa saja yang bermaksiat kepada Allah ta'ala, maka hakekatnya dia telah menghilangkan banyak kebaikan yang terkandung didalam Iman yang ada pada dirinya. Karena sebab dari berkurang Iman bahkan sampai menghilangnya Iman adalah karena sebab Maksiat.
Ketauhilah, Sesungguhnya Iman adalah sumber dan sebab utama dari segala kebaikan. Diantaranya :
1. Ganjaran yang Agung dari Allah ta'ala.
Allah ta'ala berfirman : { dan Allah akan memberikan bagi orang-orang yang ber-iman suatu ganjaran yang agung }
[ QS An-Nisa' 146 ]

2. Pembelaan dan perlindungan Allah ta'ala dari segala keburukan dan kejelekan dunia dan Akherat.
Allah ta'ala berfirman : { Sesungguhnya Allah Membela/melindungi orang-orang yang beriman }
[ QS Al-Hajj 38 ]

3. Allah adalah wali bagi orang yang beriman.
Allah ta'ala berfirman : { Allah adalah wali bagi orang beriman }
[ QS Al-Baqoroh 257 ]

4. Orang Beriman memiliki keutamaan berupa Tingginya derajat mereka disisi Allah ta'ala. Serta bagi mereka Maghfirah dan rizki yang mulia.
Allah ta'ala berfirman
: { mereka adalah orang-orang yang benar beriman. Mereka akan memperoleh derajat tinggi disisi Rab mereka dan ampunan serta rezeki nikmat yang mulia. }
[ QS Al-Anfal 4 ]

5. Al-Izzah bagi orang yang beriman.
Allah ta'ala berfirman : { dan kepunyaan Allah Izzah ( Kekuatan ) itu dan bagi Rasulnya serta bagi orang-orang yang beriman. Akan tetapi orang-orang Munafik itu tidak mengetahuinya. }
[ QS Al-Munafikun 8 ]

6. Derajat tinggi bagi orang yang beriman di dunia dan di akherat.
Allah ta'ala berfirman : { Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang mempunyai ilmu beberapa derajat. }
[ QS Al-Mujadalah 11 ]

7. Rasa aman dari rasa takut dihari ketika rasa takut itu menjadi luar-biasa.
Allah ta'ala berfirman : { siapa saja yang beriman dan berbuat kebaikan maka tidak ada ketakutan bagi mereka dan mereka tidak akan bersedih hati. }
[ QS Al-An'am 48 ]

Maka ketauhilah, setiap keburukan dan kejelekan didunia dan di akherat adalah karena sebab tidak adanya rasa iman/keimanan kepada Allah ta'ala.
Wallahu A'lam.
Semoga bermanfaat.


�� Sumber : Ad-Da'u wa Ad-Dawa'u. Karangan Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah.
Cetakan Dar Ibnul Jauzi.

Penukil dan Penterjemah :
Mush'ab Ibrahim Al-Atsariy.

SEBAIK-BAIK PEMBERIAN ����

Sebaik-baik pemberian adalah yang tidak diikuti dengan AL-MANN dan AL-ADZAA...

��AL-MANN adalah menampakkan diri bahwa engkau telah memberi sesuatu kepadanya, dan engkau merasa berada di atasnya karena pemberian tersebut kepadanya..

��dan AL-ADZAA adalah engkau menyebut-nyebut apa yang telah engkau sedekahkan atau engkau berikan kepadanya di hadapan manusia sehingga orang yang di beri merasa malu, tersakiti atau tersinggung...

Allah ta'ala berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَاْلأَذَىكَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَآءَ النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لاَّ يَقْدِرُونَ عَلَى شَىْءٍ مِّمَّا كَسَبُوا وَاللهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ {264}

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu denga menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir itu. (QS. Al-Baqarah:264)

Demikian, wabillahi at-taufiiq
✒ Andri Abdul Halim, Lc. حفظه الله تعالى

✍DUNIA DAN KEKUASAAN

✒Imam Ahmad bin Hanbal - rohimahulloh - berkata:"Dunia itu penyakit, penguasa itu penyakit dan orang alim adalah seorang dokter. Maka jika anda melihat seorang dokter menyeret penyakit pada dirinya sendiri, maka waspadalah!!".

��Ibrahim Sa'id dari kitab "MAWA'IDZ AL-IMAM AHMAD BIN HANBAL" oleh Syaikh Sholeh Ahmad asy-Syaami.

✍ Maksiat Mengakibatkan hilangnya Rasa Malu dari jiwa.

Akibat perbuatan Maksiat yang kita lakukan, yaitu Hilangnya Rasa malu dari jiwa. Rasa malu merupakan sumber kehidupan bagi hati.
Dan rasa Malu merupakan sumber dari segala kebaikan. Dengan hilangnya rasa malu maka hilang juga kebaikan yang terdapat didalam rasa malu tersebut.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : Rasa Malu merupakan segala kebaikan.
[ HR Muslim 37 ]

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : " Sesungguhnya dari yang didapat manusia dari Perkataan Nubuwwah yang pertama : Apabila kamu tidak punya rasa Malu, maka berbuatlah sesukamu ".
[ HR Al-Bukhariy 5769 ]

- Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah memberi penjelasan tentang hadits terakhir diatas :
1. Siapa saja yang tidak punya rasa malu, maka berbuatlah sesuka hatinya dari segala keburukan dan kejelekan.
Karena jika dia punya rasa malu, dia akan meninggalkan segala perbuatan jelek dan buruk serta maksiat kepada Allah ta'ala.

2. Segala perbuatan yang apabila engkau tidak malu berbuatnya karena sebab Allah ta'ala(dari segala kebaikan), maka laksanakanlah dan lakukanlah.
Namun hendaknya jika dia ingin meninggalkan suatu perbuatan, maka selayaknya yang memang menyebab rasa Malu terhadap Alloh ta'ala(dari keburukan dab maksiat).


👉 Sumber : Ad-da'u wa Ad-dawa'u. Karangan Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah.
Cetakan Dar Ibnul Jauzi.

Penukil dan Penterjemah :

Mush'ab Ibrahim Al-Atsariy.

Sabtu, 05 Maret 2016

Saudi Dimata Liberal,Syiah,kelompok Al-Qaeda,kaum Tradisional,..

Saudi, Pemimpin Dunia Islam Atau Antek Amerika ?!
Oleh: Muhamad Karyono
Rasa-rasanya tak ada negara yang lebih menarik untuk dikupas melebihi Saudi Arabia. Sederet frase mungkin langsung terbayang dalam benak kita begitu mendengar nama Saudi. Negeri kelahiran Rasulullah , dua kota suci, Wahabi, minyak, dan sebagainya. Perspektif orang terhadap negara tersebut pun secara umum terbagi dalam dua kutub ekstrem. Mengagumi sedemikian rupa atau membenci sejadi-jadinya.
Bagi yang mengagumi Saudi, negeri yang kini dinakhodai oleh Raja Abdullah tersebut selalu dilihat dalam kaca mata putih sebagai pelindung utama dakwah tauhid, negeri yang sukses mendistribusikan kemakmuran terhadap segenap rakyatnya, negeri yang sukses menegakkan keamanan di segenap penjuru wilayahnya, serta negeri yang konsisten dengan hukum Islam di tengah moderenitas.
Sementara bagi para pembenci Saudi, negara tersebut selalu dilihat dengan kaca mata hitam sebagai negeri yang lahir dari satu ‘paham’ yang sering dibilang ‘keras dan intoleran’, antek Amerika, pengusung diktatorisme, pembela feodalisme, pengekang hak-hak wanita, serta kehidupan glamour sebagian elitnya.
Namun justru adanya dua perspektif yang saling bertolak belakang itulah yang menyebabkan ‘pesona’ Saudi kian berbinar. Sejumlah karya kontroversi yang bertemakan Saudi selalu menggelitik untuk ditelisik. Sebut saja Dinasti Bush Dinasti Saud, The Girls of Riyadh hingga Kudeta Makkah.

Apakah Allah Membutuhkan Perantara?

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Berdoalah kepada-Ku, pasti akan Aku kabulkan” (QS. Al-Mu’min : 60). Setiap hamba pasti membutuhkan sesuatu yang menopang kehidupannya, sehingga dia akan berusaha untuk meraihnya. Ketika mereka tertimpa bencana, mereka pun bersimpuh dan memohon kepada Allah Ta’ala agar dilepaskan dari marabahaya. Namun sangat disayangkan, sebagian kaum muslimin justru terjerumus ke dalam praktek-praktek kesyirikan tanpa mereka sadari karena berdo’a untuk menggapai keinginan mereka itu.
Niat Baik Kaum Musyrikin
Dalam berdoa kepada Allah, kita tidak perlu melalui perantara, karena hal itu termasuk perbuatan syirik. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan mereka (kaum musyrikin) beribadah kepada selain Allah sesuatu yang tidak sanggup mendatangkan madharat dan manfaat untuk mereka. Dan mereka beralasan, ‘Mereka itu adalah pemberi syafaat bagi kami di sisi Allah’” (QS. Yunus : 18). Allah Ta’ala juga berfirman yang artinya, “Dan orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai penolong mengatakan, ‘Sesungguhnya kami tidak menyembah mereka, melainkan hanya supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya’ ” (QS. Az-Zumar : 3).

Ada Yang Bertanya, Kenapa Ada Pangkalan Militer Amerika Di Saudi?.. Emang Masalah?.. Bukan Di Saudi Saja Bro…

Jika Anda diganggu dan diancam hendak dibunuh oleh seseorang, disaat itu tidak ada yang bisa menolong Anda kecuali seorang kafir. Apa yang hendak Anda lakukan? Membiarkan diri Anda terbunuh saat itu, ataukah Anda berupaya meminta tolong kepada orang kafir tadi agar menolong Anda?
Begitulah kira-kira analogi keberadaan pangkalan militer Amerika di Arab Saudi. Sekira tahun 1990 saat Irak menginvasi Kuwait dan tinggal selangkah lagi menyerang dan menguasai Arab Saudi yang berbatasan langsung dengan Kuwait, maka pemerintah dan ulama berunding mencari solusi dalam keadaan darurat yang mengancam keamanan negara. Kala itu, Osama bin Laden menawarkan bantuan kepada pemerintah Saudi hendak mengusir pasukan Irak. Secara matematis, kekuatan pasukan Osama sama sekali tidak imbang menghadapi pasukan Irak yang saat itu sebagai militer terkuat di Timur Tengah.
Atas berbagai pertimbangan, akhirnya Saudi meminta Amerika mengamankan negaranya dari ancaman Irak. Mulai saat itulah Amerika menerjunkan pasukannya dalam jumlah besar di dataran Saudi Arabia, dan terjadilah Perang Gurun I antara Irak dan Amerika pada 1991. Pemerintah Saudi tidak bisa ber-spekulasi menerima tawaran Osama yang kekuatan pasukannya belum teruji menghadapi militer Irak, dan karenanya Saudi memilih Amerika sebagai negara adidaya yang memiliki militer teruji untuk melindungi negara dan rakyat Saudi.
Beberapa hal yang perlu diketahui dari keberadaan pangkalan militer Amerika di Arab Saudi;

Sahabat , Seluruhnya ADIL, Orang Yang Mencaci Sahabat, Allah,Malaikat Dan Seluruh Manusiapun Melaknatnya

Oleh : Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
A.TAQDIM
Para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang-orang yang telah mendapatkan keridhaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka telah berjuang bersama Rasulullah untuk menegakkan Islam dan mendakwahkannya keberbagai pelosok negeri, sehingga kita dapat merasakan ni’matnya iman dan Islam.
Perjuangan mereka dalam li’ila-i kalimatillah telah banyak menelan harta dan jiwa. Mereka adalah manusia yang sepenuhnya tunduk kepada Islam, benar-benar membela kepentingan umat Islam, setia kepada Allah dan Rasul-Nya tanpa kompromi, mereka tunduk kepada hukum-hukum agama Allah, tujuan mereka adalah untuk mendapatkan keridhaan Allah dan Sorga-Nya.
Model dan corak kehidupan masyarakat Islam terwujud dalam kehidupan mereka sehari-hari, model masyarakat Islam seperti yang tercermin dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah benar-benar dipraktekkan oleh mereka dan hal yang seperti ini belum pernah kita jumpai dalam sejarah umat sejak dulu sampai hari ini. Hidup mereka dilandasi Iman, cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka selalu berjalan dalam prinsip-prinsip yang telah digariskan Allah.
Persoalan ‘Adalatus Shahabah (Keadilan Shahabat) sudah diyakini oleh umat Islam dari masa Shahabat sampai hari ini, bahwa merekalah orang-orang yang adil dan benar. Tetapi dalam rangkaian sejarah yang panjang ada saja kelompok yang selalu merongrong eksitensi perjuangan mereka bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kelompok/golongan ini mengaku diri mereka “Islam” ? Mereka lebih terkenal dengan nama “kelompok Syi’ah atau agama Syi’ah” karena aqidah mereka berbeda dengan aqidah kaum muslimin. Agama Syi’ah yang dianut sekarang ini adalah Agama Syi’ah Immamiyah Itsna ‘Asy’ariyah. Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asy’ariyah sejak dulu sampai hari ini telah sepakat mengkafirkan ketiga Khulafa’ur Rasyidin (mengecualikan Ali bin Abi Thalib) dan semua shahabat sesudah wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kecuali 3 atau 4 shahabat.
Semua buku-buku mereka dipenuhi dengan caci makian, penghinaan, dan laknat kepada Khulafa’ur Rasyidin dan shahabat-shahabat yang lainnya. Di dalam kitab Al-Furu’ul Kaafi jilid 3 fatsal Kitabur Raudhah hal.115 karangan Al-Kulaini disebutkan : Bahwa ada seorang murid Muhammad Al-Baqir bertanya tentang Abu Bakar dan Umar. Lalu ia jawab : “Tidak ada seorangpun yang mati dari kalangan kami (Syi’ah) melainkan benci dan murka kepada Abu Bakar dan Umar”. Bahkan Khumaini dalam kitabnya Kasyful Asrar hal. 113-114 (cet. Persia) menuduh para shahabat kafir. Wal-‘Iyaadzu billah. [1]
Pengikut agama Syi’ah di Indonesia yang terdiri dari cendikiawan, mahasiswa dan orang-orang awam berusaha mencari-cari kesalahan individu dan meragukan ‘adalah (keadilan) mereka para shahabat, untuk menguatkan aqidah mereka yang rusak tentang shahabat dan tujuannya untuk merusak Agama Islam, karena bila shahabat sudah dicela maka otomatis Al-Qur’an dan Sunnah dicela, karena merekalah (shahabat) yang pertama kali menerima risalah Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pengikut agama Syi’ah berusaha agar Islam ini hancur.

Abu Thalib, Beliau Menolong Dakwah Nabi Muhammad, Tapi Meninggal Diatas Agama Abdul Muthalib (AgamaKesyirikan)?

Apakah Abu Thalib Mati Kafir?

Tanya:
Saya membaca buku tentang Ali bin Abi Thalib.
Dalam Bab 5 tentang Keluarga Hasyim, penulis menyampaikan kontroversi tentang keislaman Abu Thalib. Dia mengutip Dr. Muhammad at Tawanjik,yang menulis, mengumpulkan dan mempelajari syair-syair Abu Talib dalam antologi Diwan Abi Talib. di hal 23 penulis menyatakan,
“Ada tiga pendapat tentangkeislaman Abu Talib. Satu golongan menganggap ia mati sebagai musyrik; golongan kedua meyakinkan ia meninggal sebagai Muslim; yang lain mengatakan ia sudah Islam dan beriman tetapi menyembunyikan keimanannya.” (cetakan miring untuk menandai kutipan sesuai asli)
Lebih lanjut, pada hlm yang sama penulis mengutip keterangan Ibn Abi al-Hadid dalam ulasannya mengenai Nahjul Balagah menengaskan:
“Secara ringkas, berita-berita tentang dia sudah menganut Islam banyak sekali, dan sumber yang mengatakan dia meninggal masih dalam kepercayaan masyarakatnya juga tidak sedikit.”
“Golongan yang mengatakan dia sudah Islam berpendapat, bahwa ketika Muhammad sallallahu’alaihi wasallam diutus sebagai nabi, Abu Talib sudah masuk Islam sudah percaya, tetapi dia tidak mau berterus terang menyatakan keimanannya. Bahkan menyembunyikannya suoaya dapat mengadakan pembelaan kepada Rasullullah sallallahu ‘alaihi wasallam. Alasannya kalu ia menyatakan keislamannya, ia akan sama seperti Muslimin yang lain, Quraisy akan menjauhi dan membencinya. Mereka mengemukakan bukti-bukti keislamannya itu, antara lain, perlindungannya terhadap terhadap kemenakannya itu, ia mau menderita bersama-sama, pernyataannya dalam syair-syairnya dengan sumber yang kuat dan saat ia dalam sekarat Abbas mendengar ia mengucapkan kalimat syahadat, La ilaha illa Allah.” (dikutip sesuai asli)
Mohon pencerahannya.
Terima kasih
Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Sebelumnya kami perlu sampaikan bahwa pembahasan tentang status islam dan tidaknya Abu Thalib, bukan dalam rangka main vonis takfir atau kapling-kapling neraka untuk orang lain. Apalagi jika dianggap membenci ahlu bait Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jelas ini tuduhan yang sangat jauh. Kita beriman bahwa Abu Lahab mati kafir, karena Allah mencela habis di surat al-Lahab, meskipun Abu Lahab adalah paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan jelas kita tidak boleh mengatakan, mengkafirkan Abu Lahab berarti membenci ahlul bait Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.