Sabtu, 05 Maret 2016

Saudi Dimata Liberal,Syiah,kelompok Al-Qaeda,kaum Tradisional,..

Saudi, Pemimpin Dunia Islam Atau Antek Amerika ?!
Oleh: Muhamad Karyono
Rasa-rasanya tak ada negara yang lebih menarik untuk dikupas melebihi Saudi Arabia. Sederet frase mungkin langsung terbayang dalam benak kita begitu mendengar nama Saudi. Negeri kelahiran Rasulullah , dua kota suci, Wahabi, minyak, dan sebagainya. Perspektif orang terhadap negara tersebut pun secara umum terbagi dalam dua kutub ekstrem. Mengagumi sedemikian rupa atau membenci sejadi-jadinya.
Bagi yang mengagumi Saudi, negeri yang kini dinakhodai oleh Raja Abdullah tersebut selalu dilihat dalam kaca mata putih sebagai pelindung utama dakwah tauhid, negeri yang sukses mendistribusikan kemakmuran terhadap segenap rakyatnya, negeri yang sukses menegakkan keamanan di segenap penjuru wilayahnya, serta negeri yang konsisten dengan hukum Islam di tengah moderenitas.
Sementara bagi para pembenci Saudi, negara tersebut selalu dilihat dengan kaca mata hitam sebagai negeri yang lahir dari satu ‘paham’ yang sering dibilang ‘keras dan intoleran’, antek Amerika, pengusung diktatorisme, pembela feodalisme, pengekang hak-hak wanita, serta kehidupan glamour sebagian elitnya.
Namun justru adanya dua perspektif yang saling bertolak belakang itulah yang menyebabkan ‘pesona’ Saudi kian berbinar. Sejumlah karya kontroversi yang bertemakan Saudi selalu menggelitik untuk ditelisik. Sebut saja Dinasti Bush Dinasti Saud, The Girls of Riyadh hingga Kudeta Makkah.

Apakah Allah Membutuhkan Perantara?

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Berdoalah kepada-Ku, pasti akan Aku kabulkan” (QS. Al-Mu’min : 60). Setiap hamba pasti membutuhkan sesuatu yang menopang kehidupannya, sehingga dia akan berusaha untuk meraihnya. Ketika mereka tertimpa bencana, mereka pun bersimpuh dan memohon kepada Allah Ta’ala agar dilepaskan dari marabahaya. Namun sangat disayangkan, sebagian kaum muslimin justru terjerumus ke dalam praktek-praktek kesyirikan tanpa mereka sadari karena berdo’a untuk menggapai keinginan mereka itu.
Niat Baik Kaum Musyrikin
Dalam berdoa kepada Allah, kita tidak perlu melalui perantara, karena hal itu termasuk perbuatan syirik. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan mereka (kaum musyrikin) beribadah kepada selain Allah sesuatu yang tidak sanggup mendatangkan madharat dan manfaat untuk mereka. Dan mereka beralasan, ‘Mereka itu adalah pemberi syafaat bagi kami di sisi Allah’” (QS. Yunus : 18). Allah Ta’ala juga berfirman yang artinya, “Dan orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai penolong mengatakan, ‘Sesungguhnya kami tidak menyembah mereka, melainkan hanya supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya’ ” (QS. Az-Zumar : 3).

Ada Yang Bertanya, Kenapa Ada Pangkalan Militer Amerika Di Saudi?.. Emang Masalah?.. Bukan Di Saudi Saja Bro…

Jika Anda diganggu dan diancam hendak dibunuh oleh seseorang, disaat itu tidak ada yang bisa menolong Anda kecuali seorang kafir. Apa yang hendak Anda lakukan? Membiarkan diri Anda terbunuh saat itu, ataukah Anda berupaya meminta tolong kepada orang kafir tadi agar menolong Anda?
Begitulah kira-kira analogi keberadaan pangkalan militer Amerika di Arab Saudi. Sekira tahun 1990 saat Irak menginvasi Kuwait dan tinggal selangkah lagi menyerang dan menguasai Arab Saudi yang berbatasan langsung dengan Kuwait, maka pemerintah dan ulama berunding mencari solusi dalam keadaan darurat yang mengancam keamanan negara. Kala itu, Osama bin Laden menawarkan bantuan kepada pemerintah Saudi hendak mengusir pasukan Irak. Secara matematis, kekuatan pasukan Osama sama sekali tidak imbang menghadapi pasukan Irak yang saat itu sebagai militer terkuat di Timur Tengah.
Atas berbagai pertimbangan, akhirnya Saudi meminta Amerika mengamankan negaranya dari ancaman Irak. Mulai saat itulah Amerika menerjunkan pasukannya dalam jumlah besar di dataran Saudi Arabia, dan terjadilah Perang Gurun I antara Irak dan Amerika pada 1991. Pemerintah Saudi tidak bisa ber-spekulasi menerima tawaran Osama yang kekuatan pasukannya belum teruji menghadapi militer Irak, dan karenanya Saudi memilih Amerika sebagai negara adidaya yang memiliki militer teruji untuk melindungi negara dan rakyat Saudi.
Beberapa hal yang perlu diketahui dari keberadaan pangkalan militer Amerika di Arab Saudi;

Sahabat , Seluruhnya ADIL, Orang Yang Mencaci Sahabat, Allah,Malaikat Dan Seluruh Manusiapun Melaknatnya

Oleh : Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
A.TAQDIM
Para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang-orang yang telah mendapatkan keridhaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka telah berjuang bersama Rasulullah untuk menegakkan Islam dan mendakwahkannya keberbagai pelosok negeri, sehingga kita dapat merasakan ni’matnya iman dan Islam.
Perjuangan mereka dalam li’ila-i kalimatillah telah banyak menelan harta dan jiwa. Mereka adalah manusia yang sepenuhnya tunduk kepada Islam, benar-benar membela kepentingan umat Islam, setia kepada Allah dan Rasul-Nya tanpa kompromi, mereka tunduk kepada hukum-hukum agama Allah, tujuan mereka adalah untuk mendapatkan keridhaan Allah dan Sorga-Nya.
Model dan corak kehidupan masyarakat Islam terwujud dalam kehidupan mereka sehari-hari, model masyarakat Islam seperti yang tercermin dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah benar-benar dipraktekkan oleh mereka dan hal yang seperti ini belum pernah kita jumpai dalam sejarah umat sejak dulu sampai hari ini. Hidup mereka dilandasi Iman, cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka selalu berjalan dalam prinsip-prinsip yang telah digariskan Allah.
Persoalan ‘Adalatus Shahabah (Keadilan Shahabat) sudah diyakini oleh umat Islam dari masa Shahabat sampai hari ini, bahwa merekalah orang-orang yang adil dan benar. Tetapi dalam rangkaian sejarah yang panjang ada saja kelompok yang selalu merongrong eksitensi perjuangan mereka bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kelompok/golongan ini mengaku diri mereka “Islam” ? Mereka lebih terkenal dengan nama “kelompok Syi’ah atau agama Syi’ah” karena aqidah mereka berbeda dengan aqidah kaum muslimin. Agama Syi’ah yang dianut sekarang ini adalah Agama Syi’ah Immamiyah Itsna ‘Asy’ariyah. Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asy’ariyah sejak dulu sampai hari ini telah sepakat mengkafirkan ketiga Khulafa’ur Rasyidin (mengecualikan Ali bin Abi Thalib) dan semua shahabat sesudah wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kecuali 3 atau 4 shahabat.
Semua buku-buku mereka dipenuhi dengan caci makian, penghinaan, dan laknat kepada Khulafa’ur Rasyidin dan shahabat-shahabat yang lainnya. Di dalam kitab Al-Furu’ul Kaafi jilid 3 fatsal Kitabur Raudhah hal.115 karangan Al-Kulaini disebutkan : Bahwa ada seorang murid Muhammad Al-Baqir bertanya tentang Abu Bakar dan Umar. Lalu ia jawab : “Tidak ada seorangpun yang mati dari kalangan kami (Syi’ah) melainkan benci dan murka kepada Abu Bakar dan Umar”. Bahkan Khumaini dalam kitabnya Kasyful Asrar hal. 113-114 (cet. Persia) menuduh para shahabat kafir. Wal-‘Iyaadzu billah. [1]
Pengikut agama Syi’ah di Indonesia yang terdiri dari cendikiawan, mahasiswa dan orang-orang awam berusaha mencari-cari kesalahan individu dan meragukan ‘adalah (keadilan) mereka para shahabat, untuk menguatkan aqidah mereka yang rusak tentang shahabat dan tujuannya untuk merusak Agama Islam, karena bila shahabat sudah dicela maka otomatis Al-Qur’an dan Sunnah dicela, karena merekalah (shahabat) yang pertama kali menerima risalah Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pengikut agama Syi’ah berusaha agar Islam ini hancur.

Abu Thalib, Beliau Menolong Dakwah Nabi Muhammad, Tapi Meninggal Diatas Agama Abdul Muthalib (AgamaKesyirikan)?

Apakah Abu Thalib Mati Kafir?

Tanya:
Saya membaca buku tentang Ali bin Abi Thalib.
Dalam Bab 5 tentang Keluarga Hasyim, penulis menyampaikan kontroversi tentang keislaman Abu Thalib. Dia mengutip Dr. Muhammad at Tawanjik,yang menulis, mengumpulkan dan mempelajari syair-syair Abu Talib dalam antologi Diwan Abi Talib. di hal 23 penulis menyatakan,
“Ada tiga pendapat tentangkeislaman Abu Talib. Satu golongan menganggap ia mati sebagai musyrik; golongan kedua meyakinkan ia meninggal sebagai Muslim; yang lain mengatakan ia sudah Islam dan beriman tetapi menyembunyikan keimanannya.” (cetakan miring untuk menandai kutipan sesuai asli)
Lebih lanjut, pada hlm yang sama penulis mengutip keterangan Ibn Abi al-Hadid dalam ulasannya mengenai Nahjul Balagah menengaskan:
“Secara ringkas, berita-berita tentang dia sudah menganut Islam banyak sekali, dan sumber yang mengatakan dia meninggal masih dalam kepercayaan masyarakatnya juga tidak sedikit.”
“Golongan yang mengatakan dia sudah Islam berpendapat, bahwa ketika Muhammad sallallahu’alaihi wasallam diutus sebagai nabi, Abu Talib sudah masuk Islam sudah percaya, tetapi dia tidak mau berterus terang menyatakan keimanannya. Bahkan menyembunyikannya suoaya dapat mengadakan pembelaan kepada Rasullullah sallallahu ‘alaihi wasallam. Alasannya kalu ia menyatakan keislamannya, ia akan sama seperti Muslimin yang lain, Quraisy akan menjauhi dan membencinya. Mereka mengemukakan bukti-bukti keislamannya itu, antara lain, perlindungannya terhadap terhadap kemenakannya itu, ia mau menderita bersama-sama, pernyataannya dalam syair-syairnya dengan sumber yang kuat dan saat ia dalam sekarat Abbas mendengar ia mengucapkan kalimat syahadat, La ilaha illa Allah.” (dikutip sesuai asli)
Mohon pencerahannya.
Terima kasih
Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Sebelumnya kami perlu sampaikan bahwa pembahasan tentang status islam dan tidaknya Abu Thalib, bukan dalam rangka main vonis takfir atau kapling-kapling neraka untuk orang lain. Apalagi jika dianggap membenci ahlu bait Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jelas ini tuduhan yang sangat jauh. Kita beriman bahwa Abu Lahab mati kafir, karena Allah mencela habis di surat al-Lahab, meskipun Abu Lahab adalah paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan jelas kita tidak boleh mengatakan, mengkafirkan Abu Lahab berarti membenci ahlul bait Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Abu Lahab, Nasabnya Mulia, Parasnya menawan,Harta Melimpah, Tapi Ketika Tidak Ikut Ajaran Nabi, Maka Jadi Orang Yang Rugi

Paman Nabi yang hidu di masa kerasulan ada empat orang. Dua orang beriman kepada risalah Islam dan dua lainnya kufur bahkan menentang. Dua orang yang beriman adalah Hamzah bin Abdul Muthalib dan al-Abbas bin Abdul Muthalib radhiallahu ‘anhuma.
Satu orang menolong dan menjaganya, tidak menentang dakwahnya, namun ia tidak menerima agama Islam yang beliau bawa. Di adalah Abu Thalib bin Abdul Muthalib. Dan yang keempat adalah Abdul Uzza bin Abdul Muthalib. Ia menentang dan memusuhui keponakannya. Bahkan menjadi tokoh orang-orang musyrik yang memerangi beliau .
Nama terakhir ini kita kenal dengan Abu Lahab. Dan Alquran mengabadikannya dengan nama itu.
Sifat Fisiknya
Lewat film dan gambar-gambar, Abu Lahab dikenalkan dengan perawakan jelek (tidak tampan) dan hitam. Sehingga kesan garang seorang penjahat begitu cocok dengan penampilannya. Namun, sejarawan meriwayatkan bahwa Abu Lahab adalah sosok yang sangat putih kulitnya. Seorang laki-laki tampan dan sangat cerah wajahnya. Demikianlah orang-orang jahiliyah mengenalnya.
Pelajaran bagi kita, Abu Lahab memiliki nasab yang mulia. Seorang Quraisy. Paman dari manusia terbaik dan rasul yang paling utama, Muhammad . Memiliki kedudukan di tengah kaumnya. Memiliki paras yang rupawan. Namun semuanya tidak ada artinya tanpa keimanan. Allah  hinakan dia dengan mencatatnya sebagai seorang yang celaka. Dan dibaca oleh manusia hingga hari kiamat dalam surat al-Masad.
Sementara Bilal bin Rabah. Seorang budak, hitam, tidak pula tampan, dan jauh dari kedudukan serta kemapanan. Namun Allah muliakan dengan keimanan. Oleh karena itu, janganlah tertipu dengan keadaan.
Rasulullah  bersabda,
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564).
Mengapa Ia Disebut Abu Lahab?
Kun-yah dari Abdul Uzza bin Abdul Muthalib adalah Abu Lahab. Lahab artinya api. Karena Abdul Uzza ketika marah, rona wajahnya berubah menjadi merah layaknya api. Dengan kun-yahnya inilah Alquran menyebutnya, bukan dengan nama aslinya. Alasannya: