Jumat, 06 Mei 2016

2 perkara yang apabila kalian tidak melakukannya, kalian akan beruntung

✒ Renungan Pagi.

Imam Ibnul Qoyyim Al-jauziyyah -Rahimahullah- berkata :
2 perkara yang apabila kalian tidak melakukannya, kalian akan beruntung. Yaitu :

1. Berkata Batil .
( perkataan tanpa ilmu,berkata yang tidak benar, dusta, sia-sia, dan seluruh perkataan yang tidak diperbolehkan oleh Allah dan rasulNya - pent )

2. Diam dari kebenaran.
Ketika seseorang waktunya berbicara tentang kebenaran terutama disaat kebatilan ada dimana-mana, yang dia perbuat hanya diam.

Ada suatu pepatah :
{ Orang yang berbicara batil merupakan Syaiton yang berbicara.
Sedangkan orang yang diam dari kebenaran, merupakan Syaiton yang bisu. }

Semoga bermanfaat !!!

�� Rujukan :
Ad-Dau wa Ad-Dawa'u.
Cetakan Dar Ibnul Jauzi - KSA.
Karya : Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah -Rahimahullah-.
( Hal 146 )

Penukil dan penterjemah :
Mush'ab Ibrahim Al-Atsariy.

"Dari Madinah ke Radio Rodja"

oleh Ustadz Firanda

Tatkala syaikh datang ke Radio Rodja untuk yang ketiga kalinya, beliau bersafar bersama putra beliau yang bernama Yahya. Sebelum bersafar ke Indonesia beliau berkata kepadaku, “Firanda, untuk safar kali ini saya punya dua persyaratan yang harus dipenuhi. Jika dua persyaratan ini tidak dipenuhi maka saya tidak akan jadi bersafar. Dan saya serius dalam perkataan saya ini!”

Aku berkata, “Apa persyaratan tersebut syaikh?”

Beliau berkata, “Pertama, tiket pesawat saya harus ekonomi, dan saya tidak mau tiket kelas eksekutif!”

Tentunya panitia sangat berharap agar Syaikh bisa naik pesawat dengan kelas eksekutif mengingat syaikh akan bersafar dengan putranya Yahya yang masih berumur kurang dari sepuluh tahun. Setelah itu
jadwal Syaikh yang begitu padatnya, karena setiba di Jakarta maka ba’da maghrib syaikh langsung akan mengisi pengajian di salah satu masjid di Jakarta. Akan tetapi apa boleh buat, ternyata syaikh justru tidak mau naik pesawat berkelas eksekutif, bahkan menjadikan tiket ekonomi sebagai persyaratan safar beliau.

Akhirnya dengan berat hati aku berkata, “Baik Syaikh, akan tetapi aku harap untuk peswat domestik Indonesia dari Jakarta Ke Jogja, ke Pekanbaru, dan balik ke Jakarta menggunakan tiket kelas bisnis/eksekutif, mengingat pesawat Indonesia sempit-sempit...”

Syaik berkata, “Tetap harus kelas ekonomi, meskipun pesawat domestik Indonesia...”

Aku menimpali, “Tapi kursinya sempit ya Syaikh...!”

Beliau berkata, “Tidak mengapa sempit, paling kita harus bersabar hanya dua hingga tiga jam saja, toh kita bersafar bukan untuk bersenang-senang, akan tetapi untuk dakwah.”

Beliau berkata lagi, “Adapun persyaratan yang kedua adalah aku tidak mau jika hotel yang disediakan adalah hotel yang mewah..., yang aku inginkan adalah hotel yang sederhana akan tetapi bersih...”

Aku berkata, “Syaikh mengenai hotel jangan khawatir, hotel yang ada di Jakarta adalah milik salah seorang teman, sehingga gratis...”

Aku pun segera menghubungi panitia Jogja agar menyiapkan hotel yang sederhana sebagaimana hotel yang pernah aku tempati, karena ini merupakan persyaratan dari Syaikh. Dan aku juga mewanti-wanti seluruh panitia baik panitia Jogja, Jakarta, maupun Pekanbaru agar membelikan tiket pesawat ekonomi untuk syaikh.

Sungguh aku terperanjat mendengar dua persyaratan dari syaikh Abdurrazzaq yang merupakan Syaikh kaliber dunia yang ternyata menunjukkan begitu tawadhu’nya beliau. Ini tentunya merupakan pukulan telak bagi da’i-da’i nasional yang terkadang terlalu ribet jika diundang untuk mengisi pengajian. Persyaratan setumpuk dipasang, terkadang dengan kurang memperhatikan kondisi panitia pengajian yang mungkin serba kekurangan, sementara masyarakat begitu rindu untuk mendengar untaian nasehat da’i-da’i nasional tersebut.

Terkadang sebagian da’i tersebut berdalih dengan perkataan, “Pemilik ilmu harus dihormati dan dihargai!”

Slogan ini memang sangat benar akan tetapi apakah sang da’i yang langsung menyampaikan slogan ini? Tidakkah sang da’i belajar untuk rendah hati dan tawadhu’?

Saya rasa para ikhwan/panitia jika mereka memiliki kelebihan harta maka mereka tidak akan tanggung-tanggung dalam melayani sang da’i. Akan tetapi bagaimanapun juga sang da’i hendaknya tidak membiasakan untuk dilayani dengan pelayanan berlebihan apalagi meminta untuk dilayani secara berlebihan. Akhirnya jika sang da’i terbiasa dengan pelayanan yang sempurna/perfect, sehingga ketika dilayani kurang maka iapun akan merasa kurang atau tidak dihargai.

Akhirnya ikhwan-ikhwan yang miskin yangt ada di pelosok-pelosok daerah nusantara akhirnya keder dan minder jika ingin mengundang da’i tersebut.

Lihatlah bagaimana tawadhu’nya syaikh, ia harus bersafar jauh meninggalkan Madinah. Padahal manusia dari segala penjuru dunia berdatangan ke kota Madinah untuk menimba ilmu dari beliau....akan tetapi beliau tetap mau bersafar jauh ke berbagai penjuru dunia dalam rangka untuk berdakwah .

Amalan dan Doa pada Hari Jum'at

1. Tidak boleh mengkhususkan malam Jum’at dari malam-malam yang lain dengan ibadah yang tertentu. Tidak boleh juga mengkhususkan hari Jum'at dengan puasa yang tertentu, terkecuali pada waktu yang biasa seseorang puasa (yang bertepatan dengan hari Jum'at). [352]

2. Tidak boleh mengkhususkan bacaan dzikir dan doa tertentu, juga membaca surah-surah tertentu baik pada malam maupun hari Jum'at [353] secara umum, kecuali yang memang disyari’atkan.

3. Amal-amal yang disyariatkan dan disunnahkan pada hari Jum'at, adalah:

a) Memperbanyak bacaan shalawat kepada Nabi صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ . [354]

b) Membaca surah Al-Kahfi.

Dari Abu Sa'id al-Khudri RadhiAllâhu 'Anhu ia berkata, bahwa Nabi Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam bersabda:

٢٢٠ - مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ ٠


“Barang siapa membaca surah Al-Kahfi pada hari Jum'at akan diberikan cahaya baginya di antara dua Jum'at." [355]

c. Memperbanyak doa.

Nabi Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Pada hari Jum'at ada satu waktu yang bila seorang Muslim shalat dan minta kepada Allah, maka akan dikabulkan." Lalu beliau mengisyaratkan bahwa waktunya sedikit." [356]

Dalam riwayat lain diterangkan: "Waktu (terkabulnya doa itu) antara duduk imam hingga selesai shalat." [357]

Dalam riwayat lainnya dari Jabir RadhiAllâhu 'Anhu, bahwa Rasulullah Shallallâhu' Alaihi wa Sallam bersabda: "Carilah (waktu dikabulkannya doa) di akhir waktu sesudah Ashar pada hari Jum'at." [358]

d) Shalat Jum'at berjamaah.

Amal paling utama dan wajib pada hari ini adalah shalat Jum'at berjamaah, bersama kaum Muslimin, dan Nabi Shallallâhu 'Alaihi wa Sallam memerintahkan mandi sebelumnya.

Adapun berbagai keutaman serta kewajiban pada hari Jum'at bisa dilihat pada kitab Zâdul Ma'âd (I/364-440) karya Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah.


[352]. Shahih: HR. Muslim (no. 1144 [148]).

[353]. Misalnya membaca surah Yasin, Al-Wâqi'ah, dan Ar-Rahmân atau wirid-wirid tertentu yang tidak ada satu pun riwayat shahih tentangnya.

[354]. Hasan: HR. Abu Dawud (no. 1047), an-Nasai (III/91, 92). Disunnahkan membaca shalawat kepada Nabi pada malam dan hari Jum'at. HR. Al-Baihaqi (III/249) dari Anas RadhiAllâhu 'Anhu. Lihat Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah (no. 1407).

[355]. Shahih: HR. Al-Hakim (II/368) dan al-Baihaqi (III/249). Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Irwâ'ul Ghalîl (no. 626). Ada riwayat lain dari Abu Sa'id al-Khudri RadhiAllâhu 'Anhu, dia berkata: "Barang siapa membaca surah Al-Kahfi pada malam Jum'at . . ." HR. Ad-Darimi (II/454), sanadnya mauquf shahih. Lihat Ahâdîtsul Jumu'ah karya Syaikh Abdul Quddus.

Imam asy-Syafi'i menyatakan: "Aku menyukai surah Al-Kahfi untuk dibaca pada malam Jum'at." Lihat Shahîh al-Adzkâr (I/449). Dengan demikian, disunnahkan bagi kita membaca surah Al-Kahfi pada malam dan hari Jum'at.

[356]. Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 935). Dari Abu Hurairah RadhiAllâhu 'Anhu.

[357]. Shahih: HR. Muslim (no. 853). Dari Abdullah bin Umar RadhiAllâhu 'Anhuma.

[358]. Shahih: HR. Abu Dawud (no. 1048), an-Nasai (III/99-100).


✒ Al-Ustâdz Abu Fat-hi, Yazid bin Abdul Qadir Jawas Hafizhahullâh
�� Kumpulan Do'a dari Al-Qur-an dan As-Sunnah yang Shahih, Bab Doa Terkait Adab dalam Islam - Amalan dan Doa pada Hari Jum'at, Halaman 296-298, Pustaka Imam Syafi'i, Cetakan XI: Dzulqa'dah 1436 H/September 2015 M

***Pesan Untuk Para Guru***

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Tidak semua guru mempunyai murid seperti Ar rajhi tetapi keikhlasan anda,hadiah anda yang anda sisipkan dari gaji anda yang kecil yang berbekas kebaikan bagi anak didik anda tidak a'lam Allah Ta'ala sia-siakan. Teruslah mengajar dengan ikhkas kadang kala keikhlasan anda akan dibalas di dunia dan di akhirat kadang Allah Ta'alaa ingin memberi kejutan nanti di jannahNya dengan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Al jaza min jinsil amal...balasan kebaikan akan dibalas dengan yang lebih baik lagi...untuk rekan guru dan para ustadz teruslah berbuat baik untuk anak-anak generasi Islam semoga mereka menjadi anak-anak shalih dan shalihah yang bermanfaat untuk dirinya keluarganya agama dan negaranya..aamiin

Wallahu a'lam
===
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ

Akhukum fillah

Abdurrahim Ayyub

***Al-Rajhi, milyarder Saudi Berkisah***

Dahulu, hidup saya sangat susah alias faqir, sampai-sampai saya tidak bisa ikutan rihlah atau tamasya yang dilaksanakan oleh sekolah saya yang waktu itu biaya pendaftarannya hanya 1riyal saudi saja, walaupun saya sudah menangis-nangis memohon kepada keluarga agar saya dapat ikutan rihlah, tapi tetap saja kelurga saya tidak punya uang 1 riyal untuk mendaftarkan saya ikutan rihlah.

Sehari sebelum rihlah, saya berhasil menjawab sebuah pertanyaan yang dilontarkan guru di kelas, lalu guru itupun memberi saya uang satu riyal sebagai hadiah, diiringi tepuk tangan para murid-murid yang lain.

Pada saat itu, saya tidak lagi mikir apa-apa, selain berlari kencang untuk mendaftarkan diri ikutan rihlah. Duka nestapa saya terasa terbang seketika dan berubah total
menjadi bahagia berkepanjangan selama berbulan-bulan.

Hari-hari sekolahpun berlalu, sayapun dewasa untuk melanjutkan kehidupan. Setelah melewati berbagai rintangan hidup, setelah bekerja keras selama bertahun-tahun dan berkat anugerah dari Allah sayapun sukses dan selanjutnya saya membuat yayasan sosial.

Setelah saya memulai bergerak di bidang amal sosial, saya kembali teringat kisah kecil saya, teringat kembali guru kecil saya orang Palestina itu, yang pernah memberi saya uang 1 riyal. Saya mulai mengingat-ingat, apakah beliau dahulu memberi saya uang 1 riyal itu sebagai sedakah atau kah hadiah karena saya sudah berhasil menjawab pertanyaannya. Yang jelas saya tidak mendapatkan jawaban yang pasti. Saya berkata di dalam hati, apapun motif dan niat sang guru, beliau sudah menyelesaikan problem besar saya saat itu tanpa membebankan siapa-siapa.

Oleh karenanya, saya mengunjungi kembali sekolah saya itu , lalu saya mendatangi kantor sekolah dan mencari tau keberadaan guru saya orang Palestina itu, sampai akhirnya saya mendapatkan jalan untuk menemuinya. Saya pun akhirnya merencanakan untuk menemuinya untuk mengetahui kondisinya saat saat ini.

Singkat kata, sayapun akhirnya dipertemukan Allah kembali dengan guru baik itu, dan kondisinya sangat susah, tidak lagi bekerja dan siap-siap pulang pulang kampung.

Selanjutnya, setelah saya memperkenalkan diri, saya katakan padanya bahwa saya punya hutang besar padanya pada beberapa tahun yang lalu.

Guru saya ini kaget bukan kepalang, apa benar ada orang yang punya hutang pada saya, katanya.

saya pun menjelaskan, apakah bapak masih ingat dengan murid bapak yang pernah bapak beri uang satu riyal karena murid bapak itu berhasil menjawab soal yang bapak lontarkan di kelas bapak saat itu?

Setelah berusaha mengingat-ingat, guru saya ini akhirnya tertawa, dan berkata: "ya..ya...saya ingat. Jadi kami mencari saya untuk mengembalikan uang 1 riyal itu".
"Ia pak" jawab saya. Setelah sedikit berbincang, saya bawa beliau naik mobil dan kamipun beranjak.

Selanjutnya, kami sampai ke tujuan, dan kenderaan kami berhenti tepat di depan sebuah Villa Indah. Kami keluar dari mobil dan memasuki Villa tersebut. Setelah berada di dalam
Villa, saya menyampaikan niat saya kepada guru saya ini, "Pak, villa ini saya berikan kepada bapak untuk melunasi hutang saya dahulu plus mobil yang tadi kita naiki, dan gaji per bulan seumur hidup serta pekerjaan buat putra bapak di perusahaan saya".

Guru saya ini kaget bukan kepalang, dan berujar, "tetapi ini terlalu banyak, nak?"
"percayalah pak, kegembiraan saya dengan 1 riyal yang bapak berikan pada saya saat itu lebih besar nilainya dibandingkan dengan 10 villa seperti ini, saya tidak akan dapat melupakan kebahagiaan itu sampai sekarang", jawab saya.
******
Inilah buah dari didikan agama yang baik, tebarkan bahagia, ungkai duka nestapa sesama, dan tunggulah balasan terbaik dari-Nya.

[Translate: Kivlein Muhammad]
Kutipan dari FB.

Kamis, 05 Mei 2016

PERBAIKI DIRIMU.

Imam Abu Abdillah al-Harits al-Muhasibi mengatakan:
"Sibukkanlah dengan perbaikan dirimu daripada aib orang selain dirimu, karena sesungguhnya pernah dikatan:'Cukup aib pada seorang ingin menerangkan untuknya dari orang-orang apa yang seharusnya dia sembunyikan dari dirinya, atau orang akan marah pada apa yang ia bawakan seopertinya, atau mengganggu teman duduknya, atau ia katakan tentang orang-orang apa yang tidak panting". 
Dari kitab "MAWAA'IDZ AL-IMAM AL-HARITS AL-MUHASIBI" oleh Sholih Ahmad asy-Syaami terjemah Ibrohim Sa'id.

Menepuk Pundak ketika Menjadi Makmum

Pertanyaan:
Assalamualaykum,
Ustadz,bagaimanakah hukumnya seseorang yang hendak bermakmum kepada orang lain yang sudah sholat duluan dengan cara menepuk punggung orang tsb?
Mohon dijelaskan secara terperinci ustadz. Syukron.
Dari: Dwi Ariyanto

Jawaban:
Wa alaikumus salam
Yang benar, orang yang datang dan hendak bermakmum, tidak perlu menepuk pundaknya, tapi langsung memposisikan diri di samping kanan orang yang sedang shalat sendirian itu, lurus sejajar, dan tidak geser sedikit ke belakang.

Kesimpulan ini berdasarkan hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengatakan,

بِتُّ عِنْدَ خَالَتِي مَيْمُونَةَ لَيْلَةً، فَلَمَّا كَانَ فِي بَعْضِ اللَّيْلِ قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَوَضَّأَ مِنْ شَنٍّ مُعَلَّقٍ وُضُوءًا خَفِيفًا، وَقَامَ يُصَلِّي، فَتَوَضَّأْتُ نَحْوًا مِمَّا تَوَضَّأَ، ثُمَّ جِئْتُ فَقُمْتُ عَنْ يَسَارِهِ فَحَوَّلَنِي فَجَعَلَنِي عَنْ يَمِينِهِ

Pada suatu malam, saya menginap di rumah bibiku Maimunah, di Saya shalat bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu malam. Setelah larut malam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bangun dan berwudhu dari air yang terdapat dalam bejana yang menggantung, lalu beliau shalat. Akupun berwudhu seperti wudhu beliau, dan langsung menuju beliau dan aku berdiri di sebelah kiri beliau. Lalu beliau memindahkanku ke sebelah kanan beliau. (HR. Bukhari 138).

Maimunah adalah salah satu istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sekaligus bibi Ibnu Abbas dari ibunya. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan jatah malam di Maimunah, Ibnu Abbas ikut bersama mereka. Dan ketika itu, Ibnu Abbas belum baligh.

Dalam hadis di atas, Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma datang ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah mulai shalat. Dan beliau tidak menepuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun langsung berdiri di samping kiri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena posisinya yang salah, Ibnu Abbas dipindah ke posisi sebelah kanan.

Dijawab oleh Al-Ustâdz Ammi Nur Baits Hafizhahullâh
(Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)

[Sumber: https://konsultasisyariah.com/18182-makmum-masbuk-menepuk-pundak-imam.html ]